Langsung ke konten utama

Pendidikan Jarak Jauh (Distance Learning)

A. Latar belakang
Pendidikan dalam arti luas dalam penyelenggaraannya tidak hanya tanggung jawab pemerintah namun juga perlu peran serta luas masyarakat sebagai penyelenggara baik untuk pendidikan formal, non-formal maupun informal. Tuntutan dan persaingan dunia kerja yang makin tinggi menuntut masyarakat untuk terus belajar dan mengenyam keterampilan dan pengetahuan tambahan di luar pendidikan formal. Di era informasi di mana teknologi informasi dan telekomunikasi kesempatan masyarakat untuk mengikuti beragam bentuk pendidikan pun termasuk pendidikan non-formal semakin luas. Salah satu kesempatan itu berwujud pendidikan jarak jauh.

Bagi individu yang tidak mempunyai banyak waktu dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal atau non-formal di kelas, pendidikan jarak jauh kali ini bisa lebih mudah diikuti dengan cara on-line. Kursus on-line di dunia dewasa ini banyak tersedia dari berbagai program, baik yang di selenggarakan oleh institusi pendidikan tinggi resmi, organisasi atau lembaga-lembaga pendidikan. Berbagai pelajaran bahasa asing juga banyak terdapat secara on-line di internet secara gratis untuk sekedar menambah pengetahuan dan keterampilan. Salah satu organisasi terkemuka yang menyelenggarakannya yaitu BBC dan NHK. Namun untuk layanan gratis ini peserta tidak berhak mendapat sertifikat yang membuktikan keabsahan telah menyelesaikan dan mengikuti suatu program.

B. Pendidikan Jarak Jauh
Konsep mengenai pendidikan jarak jauh sendiri telah ada sejak tahun 1900-an dengan istilah sekolah korespondensi atau pendidikan korespondensi. Pada pendidikan korespendensi, Siswa yang berminat melalukan proses belajar dengan melakukan surat-menyurat dengan guru atau lembaga pendidikan yang menyelenggarakannya. Guru dan lembaga pendidikan bersifat sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk bisa belajar mandiri. Materi pelajaran dan ujian dikirimkan memalaui pos/surat. Pendidikan ini adalah alternatif bagi para siswa yang tidak mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan tatap muka secara klasik di kelas.
Konsep pendidikan korespondensi ini kemudian meluas menjadi pendidikan jarak jauh, open learning (pendidikan terbuka) dan sekarang masuk juga dalam konsep e-learning.
Menurut UU Sisdiknas pengertian pendidikan jarak jauh sebagai berikut.

Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.

Prinsip pendidikan jarak jauh adalah kapan pun, di mana pun dan bagi siapapun. Hampir semua program pendidikan formal tatap muka bisa diselenggarakan dengan cara pendidikan jarak jauh. Kecuali progam-program yang menuntut praktik secara mendalam, tetapi jumlah program seperti itu relatif sedikit jumlahnya.
Menurut Wolf (1996), untuk menyelenggarakan pendidikan atau pelatihan jarak jauh harus memperhatikan tahapan berikut ini
1. Programming (menentukan/mrencanakan program)
2. Course Development (pengembangkan mata kuliah/subjek pelatihan atau kursus)
3. Pendekatan kurikulum, materi dan didaktik
4. Evaluasi dari kualitas media/bahan ajar
5. Pemanfaatan media elektronik
6. Produksi dan distribusi dari dari mata kuliah/subjek kursus.

Menurut penelitian para ahli, keefektifan pendidikan jarak jauh ini tidak ada perbedaan yang signifikan dengan pendidikan tatap muka di kelas. Yang menjadi fokus sekarang ini bagaimana cara mengembangkan kurikulum, materi, metode dan media yang cocok untuk setiap program. Namun dalam pembelajaran jarak jauh bukan tidak berarti tatap muka dihilangkan sama sekali. Tatap muka bisa masih dilakukan sekali-kali sesuai dengan kesepakatan program di awal.

Kelebihan dari program jarak jauh dewasa ini ada di penggunaan media belajar. Penggunaan media belajar dalam kegiatan belajar mengajar sudah banyak diteliti menambah daya serap siswa. Dengan teknologi informasi dan komunikasi, kesenjangan interaksi seperti yang umum terjadi dengan tatap muka di kelas dapat diatasi dengan program radio internet, live streaming, computer conferencing/tele-classroom. Selain itu distribusi bahan ajar dengan kemajuan teknologi informasi bisa lebih cepat dan mudah. Siswa tak perlu lama menunggu datangnya bahan ajar melalui pos, karena bahan ajar dan media bisa langsung diperoleh baik dari e-mail, file transfer ataupun mengunduh (download) bahkan bisa langsung dari genggaman dengan teknologi mobile phone.

Di Indonesia pusat teknologi informasi pendidikan, Pustekkom telah banyak mengembangkan teknologi untuk pendidikan jarak jauh ini. Namun di negara berkembang , termasuk Indonesia penyelenggaraan pendidikan jarak jauh berbasis teknologi informasi dan telekomunikasi masih banyak kendala. Walau pengguna komputer dan telepon seluler sudah relatif banyak, namun belum merata sampai ke pelosok-pelosok daerah. Apalagi akses internet sebagaian besar masih dimonopoli orang-orang yang tinggal di kota-kota besar.


Daftar pustaka
Wolf,H. C. de Distance Education (International Encyclopedia of Education Technology, 1996
Pendidikan Jarak Jauh, teori dan praktek, Universitas Terbuka, 2004

Komentar

  1. Bljr bhs asing scra ol (tanpa ta2p muka) n gratis?? Iya mauuuuuuu... Ajak2 y th Na.. ^_^

    BalasHapus
  2. cari aja di websitenya BBC untuk belajar bahasa inggris. di situ ada listeningnya dari percakapan2 dan juga ada script yang bisa di donlot.
    DI website NHK juga ada bahasa jepang ada video animasinya. vidoe itu juga pernah diputar di NHK world

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar Anda

Popular Posts

Penelitian Etnografi

PENGERTIAN               Penelitian etnografi adalah termasuk salah satu pendekatan dari penelitian kualitatif. Penelitan etnografi di bidang pendidikan diilhami oleh penelitian sejenis yang dikembangkan dalam bidang sosiologi dan antropologi. Penelitian etnografi pernah dilakukan oleh peneliti bernama Jonathan Kozol, dalam rangka melukiskan perjuangan dan impian para warga kulit hitam dalam komunitas yang miskin dan terpinggirkan di daerah Bronx, New York [1] . Penelitian kualitatif dengan pendekatan ini kemudian banyak diterapkan dalam meneliti lingkungan pendidikan atau sekolah.                          Menurut Miles & Hubberman seperti yang dikutip oleh Lodico, Spaulding & Voegtle, Etnografi berasal dari bahasa Yunani ethos dan grapho s. Yang berarti tulisan mengenai kelompok budaya. Sedangkan Menurut Le Clompte dan Schensul etnografi adalah metode penelitian yang berguna untuk menemukan pengetahuan yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau komunitas tertent

Asumsi dalam Ilmu (Ontologi Filsafat Ilmu bag 3)

by dwining bintarawati Asumsi dalam Ilmu Waktu kecil segalanya kelihatan besar, pohon terasa begitu tinggi, orang-orang tampak seperti raksasa Pandangan itu berubah setelah kita berangkat dewasa, dunia ternyata tidak sebesar yang kita kira, wujud yang penuh dengan misteri ternyata hanya begitu saja. Kesemestaan pun menciut, bahkan dunia bisa sebesar daun kelor, bagi orang yang putus asa. Katakanlah kita sekarang sedang mempelajari ilmu ukur bidang datar (planimetri). Dengan ilmu itu kita membuat kontruksi kayu bagi atap rumah kita. Sekarang dalam bidang datar yang sama bayangkan para amuba mau bikin rumah juga. Bagi amuba bidang datar itu tidak rata dan mulus melainkan bergelombang, penuh dengan lekukan yang kurang mempesona. Permukaan yang rata berubah menjadi kumpulan berjuta kurva. Asumsi dan Skala Observasi Mengapa terdapat perbedaan pandangan yang nyata terhadap obyek yang begitu kongkret sperti sebuah bidang? Ahli fisika Swiss Charles-Eugene Guye menyimpulkan gejala itu

Pengertian dan Tujuan Pendidikan menurut UU Sisdiknas

Karena UU Sisdiknas itu puanjang, aku kutipin sebagian tentang pengertian dan tujuan pendidikan menurut UU RI No 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal-pasal ini minimal akan sering kita pakai untuk rujukan diawal Check this out BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1  Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. 3. Sistem pendidikan nasional adalah   keseluruhan komponen pendidikan yang sali

Filsafat Pendidikan Realisme

BAB I PENDAHULUAN A.      LATAR BELAKANG Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan. Berbeda dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu. Filsafat Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya. Seperti halnya filsafat yang lain, filsafat pendidikanpun bersifat spekulatif, preskriptif dan analitik. Spekulatif artinya filsafat pendidikan membangun teori-teori tentang hakikat pendidikan manusia, hakikat masyarakat dan hakikat dunia. Preskriptif artinya filsafat pendidikan menentukan tujuan pendidikan yang harus diikuti dan dicapai. Analitik artinya filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif. Filsafat ilm

Pendekatan Evaluasi Program Berorientasi Tujuan ( Objective – Oriented Evaluation Approach)

Pendahuluan Dari awal pesatnya perkembangan evaluasi pendidikan tahun 60-70 an sampai sekarang , para ahli telah mengembangkan sekitar 50 model/pendekatan evaluasi Banyaknya model ini juga didasarkan oleh beberapa pendekatan pada evaluasi , jenis/bentuk evaluasi juga tujuan evaluasi. Evaluasi program merupakan proses deskripsi , pengumpulan data dan penyampaian informasi kepada pengambil keputusan yang akan dipakai untuk pertimbangan apakah program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan. Berdasarkan objektivisme dan subjektivisme, 50 model yang ada sebenarnya bisa dikelompokkan menjadi 6 pendekatan, yaitu 1. Pendekatan berorientasi tujuan ( objectives-oriented approaches/goal oriented approach ) 2. Pendekatan berorientasi manajemen ( management – oriented approaches ) 3. Pendekatan berorientasi pemakai ( consumer – oriented approaches ) 4. Pendekatan berorentasi kepakaran ( expertise – oriented approaches ) 5. Pendekatan berorientasi ketidaksamaan ( adversary-eriented appr