Langsung ke konten utama

Postingan

Penelitian Etnografi

PENGERTIAN               Penelitian etnografi adalah termasuk salah satu pendekatan dari penelitian kualitatif. Penelitan etnografi di bidang pendidikan diilhami oleh penelitian sejenis yang dikembangkan dalam bidang sosiologi dan antropologi. Penelitian etnografi pernah dilakukan oleh peneliti bernama Jonathan Kozol, dalam rangka melukiskan perjuangan dan impian para warga kulit hitam dalam komunitas yang miskin dan terpinggirkan di daerah Bronx, New York [1] . Penelitian kualitatif dengan pendekatan ini kemudian banyak diterapkan dalam meneliti lingkungan pendidikan atau sekolah.                          Menurut Miles & Hubberman seperti yang dikutip oleh Lodico, Spaulding & Voegtle, Etnografi berasal dari bahasa Yunani ethos dan grapho s. Yang berarti tulisan mengenai kelompok budaya. Sedangkan Menurut Le Clompte dan Schensul etnografi adalah metode penelitian yang berguna untuk menemukan pengetahuan yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau komunitas tertent

IQ, EQ dan SQ

Pengukuran Intelegensi Intelektual dimulai dengan konsep mengenai IQ yang dikemukakan oleh William Stern [1] yang menyatakan bahwa               IQ = Mental Age/Chronological Age x 100 Pengukuran ini awalnya dilakukan oleh Binet dan kemudian disempurnakan oleh Stanford sehingga akhirnya dikenal dengan nama Tes Stanford-Binet. Tes IQ yang lain dikembangkan oleh Wechsler.               Memang telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa secara umum ada korelasi antara nilai sekolah dengan hasil tes intelegensi individu [2] . Namun apakah nilai tes IQ yang tinggi juga mendapatkan lebih banyak keberhasilan dalam hidup? Anita Woolfolk juga mengatakan bahwa jawabannya belum jelas [3] .               Keraguan mengenai IQ juga menentukan keberhasilan karir dan kehidupan akhirnya memunculkan konsep adanya kecerdasan lainya selain IQ. Tahun 1990 Mayor dan Salovey memulai konsep mengenai Emotional Intellegence. Dan kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman tahun 1995 dengan bukunya Emotiona

Manajemen Kelas

Seperti yang diungkap Santrock bahwa kebanyakan guru kurang memperhatikan pengelolaan kelas yang baik sampai merasa kelasnya mulai tidak terkontrol. Menurut Woolfolk, manajemen kelas adalah teknik-teknik yang digunakan untuk mempertahankan lingkungan belajar yang sehat yang relatif bebas dari masalah perilaku [1] .  Berikut in i akan diuraikan pengelolaan kelas menurut sudut pandang psikologi pendidikan. 1.       Penataan Fisik Kelas               Menurut Everstopn, Emmer & Worsham spt yang dikutip Santrock bahwa prinsip-prinsip penataan fisik kelas adalah sbb [1] :   Hindari kepadatan di tempat lalu lalang   Yakinkan Guru bisa dilihat oleh semua siswa   Tempatkanlah bahan dan peranlatan yang sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau   Yakinlahlah semua murid dapat melihat semua kegiatan presentasi kelas Berikut ini gaya-gaya penataan kelas yang biasa dipakai Gaya auditorium Gaya face to face Gaya off-set Gaya seminar Gaya klaster 2.       Menciptakan lingkung

Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Sekilas pengertian examination (ujian), assesment (penilaian), measurement (penilaian) dan evaluation (evaluasi) tampak sama semuanya terkait dengan usaha untuk memperoleh informasi mengenai keberhasilan dari suatu proses pembelajaran dan pendidikan. Namun sebenarnya keempat pengertian itu mempunyai makna yang berbeda dalam pembelajaran dan pendidikan. Makna evaluasi lebih luas dari pada ke tiga pengertian yang lain yaitu ujian, pengukuran dan penilaian. Ujian merupakan tes yang diberikan kepada siswa untuk menentukan batas kelulusan. Menurut permendiknas no 19 tahun 2005, ujian adalah kegiatan untuk mengukur kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesain dari suatu satuan pendidikan. Pengukuran merupakan segala usaha yang dilakukan guru/pendidik mengenai hasil belajar siswa atau proses belajar yang diperoleh dari data kuantitatif baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, meliputi tes formatif, tes sumatif, tes praktek, ujian akhir. Hasil