Langsung ke konten utama

Postingan

King Sejong: Raja Korea yang Peduli Pendidikan

Sempet agak bingung nih ini postingan ttg korea ini masuk nana-catatanku atau catatan-nana, berhubung catatan-nana udah lama ga posting dan ini juga mencakup pendidikan, masuk di sini deh Tulisan ini terinspirasi dari drama Tree With Deep Roots Raja Sejong yang punya julukan King Sejong The Great (Sejong Daewang) atau Raja Sejong Yang Agung adalah salah seorang raja dari dinasti Joseon (chosun) pada abad ke 15 (1418-1450). Raja ke 3 (atau ke 4?) dari dinasti Joseon yang baru berdiri. Sebelumnya berkuasa dinasti Goryeo. Salah satu prestasi terkenal dari Raja Sejong adalah beliau menciptakan aksara Hangul, yaitu aksara yang dipakai di korea saat ini.  (Sumber: Pixabay/NmewahanG) Al kisah Raja Sejong ini raja yang peduli dan cinta pada rakyatnya. Dia adalah seorang humanis,  yang menganut ajaran Konfusius (Kong Hu Cu). Raja Sejong berbeda sekali dengan ayahnya raja terdahulu, Raja Tae Jong yang memerintah dengan kekerasan. Menurut Raja Sejong kekerasan militer hanya digunakan untuk p

Penelitian Etnografi

PENGERTIAN               Penelitian etnografi adalah termasuk salah satu pendekatan dari penelitian kualitatif. Penelitan etnografi di bidang pendidikan diilhami oleh penelitian sejenis yang dikembangkan dalam bidang sosiologi dan antropologi. Penelitian etnografi pernah dilakukan oleh peneliti bernama Jonathan Kozol, dalam rangka melukiskan perjuangan dan impian para warga kulit hitam dalam komunitas yang miskin dan terpinggirkan di daerah Bronx, New York [1] . Penelitian kualitatif dengan pendekatan ini kemudian banyak diterapkan dalam meneliti lingkungan pendidikan atau sekolah.                          Menurut Miles & Hubberman seperti yang dikutip oleh Lodico, Spaulding & Voegtle, Etnografi berasal dari bahasa Yunani ethos dan grapho s. Yang berarti tulisan mengenai kelompok budaya. Sedangkan Menurut Le Clompte dan Schensul etnografi adalah metode penelitian yang berguna untuk menemukan pengetahuan yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau komunitas tertent

IQ, EQ dan SQ

Pengukuran Intelegensi Intelektual dimulai dengan konsep mengenai IQ yang dikemukakan oleh William Stern [1] yang menyatakan bahwa               IQ = Mental Age/Chronological Age x 100 Pengukuran ini awalnya dilakukan oleh Binet dan kemudian disempurnakan oleh Stanford sehingga akhirnya dikenal dengan nama Tes Stanford-Binet. Tes IQ yang lain dikembangkan oleh Wechsler.               Memang telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa secara umum ada korelasi antara nilai sekolah dengan hasil tes intelegensi individu [2] . Namun apakah nilai tes IQ yang tinggi juga mendapatkan lebih banyak keberhasilan dalam hidup? Anita Woolfolk juga mengatakan bahwa jawabannya belum jelas [3] .               Keraguan mengenai IQ juga menentukan keberhasilan karir dan kehidupan akhirnya memunculkan konsep adanya kecerdasan lainya selain IQ. Tahun 1990 Mayor dan Salovey memulai konsep mengenai Emotional Intellegence. Dan kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman tahun 1995 dengan bukunya Emotiona

Manajemen Kelas

Seperti yang diungkap Santrock bahwa kebanyakan guru kurang memperhatikan pengelolaan kelas yang baik sampai merasa kelasnya mulai tidak terkontrol. Menurut Woolfolk, manajemen kelas adalah teknik-teknik yang digunakan untuk mempertahankan lingkungan belajar yang sehat yang relatif bebas dari masalah perilaku [1] .  Berikut in i akan diuraikan pengelolaan kelas menurut sudut pandang psikologi pendidikan. 1.       Penataan Fisik Kelas               Menurut Everstopn, Emmer & Worsham spt yang dikutip Santrock bahwa prinsip-prinsip penataan fisik kelas adalah sbb [1] :   Hindari kepadatan di tempat lalu lalang   Yakinkan Guru bisa dilihat oleh semua siswa   Tempatkanlah bahan dan peranlatan yang sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau   Yakinlahlah semua murid dapat melihat semua kegiatan presentasi kelas Berikut ini gaya-gaya penataan kelas yang biasa dipakai Gaya auditorium Gaya face to face Gaya off-set Gaya seminar Gaya klaster 2.       Menciptakan lingkung

Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Sekilas pengertian examination (ujian), assesment (penilaian), measurement (penilaian) dan evaluation (evaluasi) tampak sama semuanya terkait dengan usaha untuk memperoleh informasi mengenai keberhasilan dari suatu proses pembelajaran dan pendidikan. Namun sebenarnya keempat pengertian itu mempunyai makna yang berbeda dalam pembelajaran dan pendidikan. Makna evaluasi lebih luas dari pada ke tiga pengertian yang lain yaitu ujian, pengukuran dan penilaian. Ujian merupakan tes yang diberikan kepada siswa untuk menentukan batas kelulusan. Menurut permendiknas no 19 tahun 2005, ujian adalah kegiatan untuk mengukur kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesain dari suatu satuan pendidikan. Pengukuran merupakan segala usaha yang dilakukan guru/pendidik mengenai hasil belajar siswa atau proses belajar yang diperoleh dari data kuantitatif baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, meliputi tes formatif, tes sumatif, tes praktek, ujian akhir. Hasil

Kecerdasan Jamak (Theory of Multiple Intellegence)

Dari segi terminologi jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence (MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Teori tentang Multiple Intellegence ini berasal dari Howard Gardner. beliau menuliskan teorinya ini dalam buku yang ramai dibicarakan oleh kalangan umum saat itu (1983) berjudul Frames of Mind . Gardner pada awalnya menyebutkan ada tujuh kecerdasan dalam bukunya itu. Selanjutnya Gardner menambahkannya menjadi 8 kecerdasan.               Sebelum berangkat lebih jauh kita kembali ke definisi intelegensi (kecerdasan). Menurut Woolfolk (2009) kemampuan atau berbagai kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan dunia sekitar [1] . Para penulis dan ahli lainnya juga banyak berpendapat hampir sama, menurut Santrock (2008) intelegensi (kecerdasan) adalah ket