A. Asumsi
Pengertian
Mengapa asumsi diperlukan? Asumsi diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa asumsi anggapan orang/pihak tentang realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan kacamata apa.
Asumsi merupakan anggapan/andaian dasar tentang sebuah realitas. Asumsi adalah anggapan dasar tentang realitas objek yang menjadi pusat perhatian penelaahan kita. Asumsi merupakan pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah.
Asumsi terhadap hukum alam
Asumsi terhadap hukum alam berbeda-beda menurut kelompok-kelompok penganut faham berikut ini
Ilmu mempelajari tentang hukum alam. Agar ilmu itu ada kita harus mengasumsikan bahwa hukum yang mengatur semua kejadian itu ada. Tanpa asumsi itu berbagai ilmu tidak bisa lahir. Hukum diartikan sebagai aturan main atau pola kejadian yang diikuti sebagian besar orang, gejalanya berualng kali dapat diamati dan menghasilnya hasil yang sama. Ilmu tidak mempelajari kejadian yang seharusnya melainkan mempelajari kejadian sebagaimana adanya
Aliran determinisme ini berlawanan dan ditentang oleh penganut paham fatalisme dan penganut paham pilihan bebas. Menurut aliran fatalisme bahwa semua kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dulu. Jika kita ingin hukum kejadian itu berlaku bagi seluruh manusia maka kita bertolak dari paham determinisme. Jika kita ingin hukum kejadian yang pas bagi tiap individu kita berpaling pada paham pilihan bebas. Sedangkan jika kita memilih posisi di tengah mengantarkan kita pada paham probabilistik.
Jika kita menginginkan hukum yang bersifat mutlak dan universal, kesulitannya adalah dalam kemampuan manusia untuk memenuhi semua kejadian. Misalnya matahari selalu terbit dari timur, beranikah kita menyimpulkan bahwa sampai kapanmu matahari tak akan terbit dari barat?
Di lain pihak jika kita menginginkan keunikan individual (misalnya seni) seperti yang diikuti paham pilihan bebas, maka kita akan kesulitan dalam hal praktis dan ekonomis.
Kompromi di antara kutub determinisme dan paham pilihan bebas, ilmu menjatuhkan pilihannya pada asumsi atau penafsiran probabilistik.
Asumsi mengenai objek empiris
Ilmu mengemukakan beberapa asumsi mengenai objek empiris, yaitu :
Masih sejalan dengan asumsi ke 3 bahwa semua kejadian itu mengikuti pola kita jika bisa menganggap setiap kejadian mengikuti pola kejadian yang probabilistik yaitu determinisme yang probabilistik.
B. Peluang
Ilmu Probabilistik atau ilmu tentang peluang termasuk cabang ilmu yang baru. Walau termasuk ilmu yang relatif baru, ilmu ini bersama dengan statistika berkembang cukup pesat.
Peluang dinyatakan dari angka 0 sampai 1. Angka 0 menyatakan bahwa suatu kejadian itu tidak mungkin terjadi. Dan angka 1 menyatakan bahwa sesuatu itu pasti terjadi. Misalnya bahwa peluang semua makhluk hidup itu akan mati dinyatakan dengan angka 1.
Hukum statistika hanya menyatakan distribusi kemungkinan/peluang dari nilai besaran dalam kasus-kasus individual. Misalnya peluang munculnya angka tertentu dari lemparan dadu adalah 1/6. Hukum statistik tidak meramalkan apa yang akan terjadi atau apa yang pasti terjadi dalam suatu lemparan dadu. Hukum ini hanya menyatakan jika kita melempar dalam jumlah lemparan yang banyak sekali maka setiap muka dadu diharapkan untuk muncul sama seringnya.
Kita tahu bahwa untuk menjelaskan fakta dari suatu pengamatan, tidak pernah pasti secara mutlak karena masih ada kemungkinan kesalahan pengamatan. Namun di luar dari pada itu jika hal ini ditinjau dari hakikat hukum keilmuwan maka terdapat kepastian yang lebih besar lagi. Karena itu ilmu menyimpulkan sesuatu dengan kesimpulan probabilistik. Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan lewat penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Misalnya seorang ilmuwan geofisika dan meteorologi hanya bisa memberikan bawa kepastian tidak turun hujan 0.8. Atau seorang psikologi atau psikiater hanya bisa memberikan alternatif mengenai jalan-jalan yang bisa diambil. Keputusan apa yang akan diambil seseorang sehubungan informasi cuaca di atas atau langkah apa yang akan diambil seseorang sesuai saran psikolog tergantung masing-masing pribadi. Keputusan ada di tangan masing-masing pribadi bukan pada teori-teori keilmuwan.
disarikan dari buku Prof. Jujun Suriasumantri Filsafat Ilmu sebuah pengantar Populer dan Ilmu dalam Perspektif
Pengertian
Mengapa asumsi diperlukan? Asumsi diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa asumsi anggapan orang/pihak tentang realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan kacamata apa.
Asumsi merupakan anggapan/andaian dasar tentang sebuah realitas. Asumsi adalah anggapan dasar tentang realitas objek yang menjadi pusat perhatian penelaahan kita. Asumsi merupakan pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah.
Asumsi terhadap hukum alam
Asumsi terhadap hukum alam berbeda-beda menurut kelompok-kelompok penganut faham berikut ini
- Deterministik
- Pilihan Bebas
- Probabilistik
Ilmu mempelajari tentang hukum alam. Agar ilmu itu ada kita harus mengasumsikan bahwa hukum yang mengatur semua kejadian itu ada. Tanpa asumsi itu berbagai ilmu tidak bisa lahir. Hukum diartikan sebagai aturan main atau pola kejadian yang diikuti sebagian besar orang, gejalanya berualng kali dapat diamati dan menghasilnya hasil yang sama. Ilmu tidak mempelajari kejadian yang seharusnya melainkan mempelajari kejadian sebagaimana adanya
Aliran determinisme ini berlawanan dan ditentang oleh penganut paham fatalisme dan penganut paham pilihan bebas. Menurut aliran fatalisme bahwa semua kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dulu. Jika kita ingin hukum kejadian itu berlaku bagi seluruh manusia maka kita bertolak dari paham determinisme. Jika kita ingin hukum kejadian yang pas bagi tiap individu kita berpaling pada paham pilihan bebas. Sedangkan jika kita memilih posisi di tengah mengantarkan kita pada paham probabilistik.
Jika kita menginginkan hukum yang bersifat mutlak dan universal, kesulitannya adalah dalam kemampuan manusia untuk memenuhi semua kejadian. Misalnya matahari selalu terbit dari timur, beranikah kita menyimpulkan bahwa sampai kapanmu matahari tak akan terbit dari barat?
Di lain pihak jika kita menginginkan keunikan individual (misalnya seni) seperti yang diikuti paham pilihan bebas, maka kita akan kesulitan dalam hal praktis dan ekonomis.
Kompromi di antara kutub determinisme dan paham pilihan bebas, ilmu menjatuhkan pilihannya pada asumsi atau penafsiran probabilistik.
Asumsi mengenai objek empiris
Ilmu mengemukakan beberapa asumsi mengenai objek empiris, yaitu :
- Menganggap objek-objek tertentu mempunyai kesamaan satu sama lain. Cabang ilmu ini mulai berkembang dengan adanya klasifikasi atau taksonomi. Perkembangan kemudian diikuti komparasi atau perbandingan.
- Menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waku tertentu. Misalnya dipakai untuk mempelajari benda-benda angkasa.
- Menganggap setiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Bahwa semua kejadian itu terjadi karena ada sebabnya. Ada suatu pola yang diikutinya.
Masih sejalan dengan asumsi ke 3 bahwa semua kejadian itu mengikuti pola kita jika bisa menganggap setiap kejadian mengikuti pola kejadian yang probabilistik yaitu determinisme yang probabilistik.
B. Peluang
Ilmu Probabilistik atau ilmu tentang peluang termasuk cabang ilmu yang baru. Walau termasuk ilmu yang relatif baru, ilmu ini bersama dengan statistika berkembang cukup pesat.
Peluang dinyatakan dari angka 0 sampai 1. Angka 0 menyatakan bahwa suatu kejadian itu tidak mungkin terjadi. Dan angka 1 menyatakan bahwa sesuatu itu pasti terjadi. Misalnya bahwa peluang semua makhluk hidup itu akan mati dinyatakan dengan angka 1.
Hukum statistika hanya menyatakan distribusi kemungkinan/peluang dari nilai besaran dalam kasus-kasus individual. Misalnya peluang munculnya angka tertentu dari lemparan dadu adalah 1/6. Hukum statistik tidak meramalkan apa yang akan terjadi atau apa yang pasti terjadi dalam suatu lemparan dadu. Hukum ini hanya menyatakan jika kita melempar dalam jumlah lemparan yang banyak sekali maka setiap muka dadu diharapkan untuk muncul sama seringnya.
Kita tahu bahwa untuk menjelaskan fakta dari suatu pengamatan, tidak pernah pasti secara mutlak karena masih ada kemungkinan kesalahan pengamatan. Namun di luar dari pada itu jika hal ini ditinjau dari hakikat hukum keilmuwan maka terdapat kepastian yang lebih besar lagi. Karena itu ilmu menyimpulkan sesuatu dengan kesimpulan probabilistik. Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan lewat penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Misalnya seorang ilmuwan geofisika dan meteorologi hanya bisa memberikan bawa kepastian tidak turun hujan 0.8. Atau seorang psikologi atau psikiater hanya bisa memberikan alternatif mengenai jalan-jalan yang bisa diambil. Keputusan apa yang akan diambil seseorang sehubungan informasi cuaca di atas atau langkah apa yang akan diambil seseorang sesuai saran psikolog tergantung masing-masing pribadi. Keputusan ada di tangan masing-masing pribadi bukan pada teori-teori keilmuwan.
disarikan dari buku Prof. Jujun Suriasumantri Filsafat Ilmu sebuah pengantar Populer dan Ilmu dalam Perspektif
sangat bermanfaat :)) terimakasih banyak
BalasHapusThank you, verry much.) begitu bermanfaat bagi saya
BalasHapusbagus dan bermanfaat..
BalasHapusthnks,,,udah bantuin aku,,,
BalasHapusbagus dan bermanfaat untuk tambahan pengetahuan
BalasHapus