Langsung ke konten utama

Anak Berkebutuhan Khusus (special need children)

Yang dimaksudkan anak berkebutuhan khusus atau anak berkekhususan meliputi anak yang berkelainan/cacat baik mental maupun fisik (handicapped ataupun children with disabilities) dan juga anak dengan bakat istimewa dan atau cerdas istimewa (gifted children)
Menurut Santrock pembagian anak berkelainan sebagai berikut

1. Kesulitan Belajar (learning disabilities)
Sebagian besar dari kesulitan belajar ini adalah bersifat ketidakmampuan jangka panjang. Menurut Linda Siegel, seseorang anak mendapat diagnosa kesulitan belajar hanya jika mempunyai IQ di bawah retardasi, atau mempunyai kesulitan dalam akademik di sekolah khususnya membaca dan matematik dan namun tidak terdeteksi mempunyai gangguan mental parah (Santrock, 2008)
Kesulitan belajar biasanya dibedakan menjadi 3, yaitu

  • Disleksia, kesulitan membaca dan mengeja. Anak dengan disleksia mempunyai kesulitan dalam   keterampilan fonologi yang melibatjan kemampuan untuk memahami bagaimana bunyi dan huruf bisa dibentuk menjadi kata.
  •  Disgrafia, yaitu kesulitan belajar yang melibatkan kesulitan mengekspresikan pikiran dalam tulisan. Tulisan tangan gangguan disgrafia ini sangat buruk.
  • Diskalkulia, gangguan perkembangan aritmatika.
Intervensi usia dini dapat mengurangi gangguan kesulitan belajar ini, namun sayangnya gangguan belajar ini seringkali baru terdeteksi saat anak memasuki kelas 2 SD.

2. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
ADHD adalah ketidakmampuan seorang anak yang menunjukkan 3 karakteristik dalam satu jangka waktu yang meliputi tidak adanya perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas ( Santrock, 2008).
Menurut Aldenkamp ADHD/ADD (Attention Deficit Disorder) adalah gangguan primer pada sistem inhibisi yaitu berupa gangguan untuk membedakan rangsangan yang baik atau relevan yang diperlukan dengan rangsangan yang tidak diperlukan (Tiel, 2007). Anak yang menderita gangguan ini akan sukar berkonsentrasi walau hanya beberapa menit, terlalu aktif dan impulsif sehingga sukar menerima pelajaran. Anak mendapat diagnosis ADHD hanya jika anak masuk usia sekolah.

3. Retardasi Mental
Ciri yang mudah bahwa anak dengan retardasi mental ini mempunyai kekurangan kemampuan fungsi intelektual. Anak dikatakan mengalami mental retardasi jika hasil tes IQ-nya berada dibwah skor 70. Selain masalah intelektual biasa anak itu juga kesulitan beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari seperti berpakaian, kebersihan, makan dan berinteraksi dengan teman sebaya. Anak yang mengalami Down Syndrome juga dimasukkan dalam kategori retardasi mental ini. Down Syndrome diakibatkan faktor genetik ketika dalam kandungan yaitu penderitanya mempunya kelebihan jumlah kromosom menjadi 47 (Santrock, 2008). Anak dengan Down Syndrome bisa dikenali dengan bentuk fisik muka mereka.

4. Gangguan/kelainan fisik
Kelainan fisik ini mencakup kelainan yang bersifat ortopedik, yaitu gangguan atau kesulitan menggerakkan dan mengontrol otot, tulang dan sendi. Gangguan ini biasa dialami anak yang mengalami gangguan cerebral palsy dan juga penderita epilepsi.

5. Kelainan/Gangguan sensori
Kelainan sensori ini meliputi kelainan penglihatan dan juga kelainan pendengaran. Baik dari yang ringan ataupun yang berat (seperti kebutaan atau tuli).

6. Gangguan bicara dan bahasa
Gangguan bicara meliputi gangguan pada artikulasi, kontrol suara juga kelancaran bahasa. Sedangkan gangguan bahasa meliputi gangguan bahasa reseptif dan gangguan bahasa ekspresif. Gangguan bahasa reseptif artinya anak mengalami kesulitan untuk memproses dan mengerti bahasa. Sedangkan pada gangguan ekspresif anak bisa jadi mengerti bahasa dan percakapan tetapi mempunyai kesulitan untuk menuangkannya dalam bentuk bahasa verbal.

7. ASD (Autism Spectrum Disorder)
Yaitu gangguan perkembangan pervasif (menyeluruh). Gangguan ini dinamakan Spektrum Autis karena meliputi gangguan autisme berat sampai autisme ringan yang dikenal sindrom Asperger.
8. Gangguan Emosi dan Perilaku

Anak Cerdas Istimewa atau Berbakat Istimewa (Gifted Children)
Dari segi IQ anak dikatakan cerdas istimewa (gifted) jika mempunyai skor IQ diatas 130 atau bahkan di atas 140 selain IQ anak cerdas istimewa mempunyai karakterikstik mempunyai motivasi internal dan kreativitas yang tinggi. Sedangkan anak Berbakat Istimewa adalah anak yang mempunyai IQ juga di atas rata-rata dan juga mempunyai bakat luar biasa dalam bidang seperti musik, seni, matematika atau bahkan olahraga.


Pembagian anak berkebutuhan khusus yang sering digunakan di Indonesia yang berhak memperoleh pendidikan khusus oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa adalah sebagai berikut
1. Tunanetra (A)
Adalah mereka yang mengalami gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, yang membutuhkan penyesuaian pelayanan pendidikan. Sekolah khusus yang menyediakan pendidikan khusus adalah SLB A
2. Tunarungu (B)
Adalah mereka yang mengalami kehilangan kemampuan pendengaran menyeluruh atau sebagian,
Ada dua kelompok tunarungu yaitu:
a) Kurang dengar, yaitu mereka yang kehilangan pendengaran kurang dari 90 dB.
b) Tuli, yaitu mereka yang kehilangan pendengaran di atas 90 dB.
Seorang Tuna Rungu dari kecil juga akan mengalami kesulitan bicara atau tuna wicara. Sekolah khusus yang menyediakan pendidikan khusus adalah SLB B

3. Tuna grahita
Adalah mereka yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental disertai ketidakmampuan untuk belajar dan menyesuaikan diri.
C Tunagrahita Ringan (IQ = 50 - 70)
C1 Tunagrahita Sedang (IQ = 25 - 50)
C2 Tunagrahita Berat (IQ < 25)
Sekolah khusus yang menyediakan pendidikan khusus adalah SLB C

4. Tunawicara
Adalah mereka yang mengalami gangguan dalam berbicara diakibatkan oleh kelaianan/kerusakan pada organ bicara. Tapi biasa seorang tuna rungu juga mengalami kesulitan bicara.
5. Tunadaksa
Adalah mereka yang memiliki kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, otot, sendi, dan pada sisstem saraf pusat) sehingga membutuhkan penyesuaian layanan Pendidikan. Sekolah khusus yang menyediakan pendidikan khusus adalah SLB D
6. Tunalaras
Adalah mereka yang mengalami gangguan emosi dan perilaku sehingga mengalami kesulitan dalam bertingkah laku dan membutuhkan penyesuaian layanan pendidikan. Sekolah khusus yang menyediakan pendidikan khusus adalah SLB E
7. Anak berbakat
Termasuk anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (CI dan BI)
8. Tunaganda
Adalah mereka yang memiliki dua atau lebih kelainan, sehingga membutuhkan penyesuaian layanan Pendidikan.
9. Anak Berkesulitan Belajar
10. Anak Autisme
     Anak yang memiliki gangguan perkembangan pervasif.  
11. Anak dengan gangguan Konsentrasi dan Perhatian (ADD/ADHD)
12. Lambat Belajar (IQ 70-90)
13. Korban Penyalahgunaan Narkoba/HIV/AIDS
14. Anak Indigo
     Anak-anak yang memiliki indra keenam.

Referensi
Santrock, John.W. Educational Psychology. Mc Graw Hill, 2008.
Tiel, Julia Maria van. Anakku Terlambat Bicara. Jakarta, Prenada, 2007.

Komentar

Popular Posts

Penelitian Etnografi

PENGERTIAN               Penelitian etnografi adalah termasuk salah satu pendekatan dari penelitian kualitatif. Penelitan etnografi di bidang pendidikan diilhami oleh penelitian sejenis yang dikembangkan dalam bidang sosiologi dan antropologi. Penelitian etnografi pernah dilakukan oleh peneliti bernama Jonathan Kozol, dalam rangka melukiskan perjuangan dan impian para warga kulit hitam dalam komunitas yang miskin dan terpinggirkan di daerah Bronx, New York [1] . Penelitian kualitatif dengan pendekatan ini kemudian banyak diterapkan dalam meneliti lingkungan pendidikan atau sekolah.                          Menurut Miles & Hubberman seperti yang dikutip oleh Lodico, Spaulding & Voegtle, Etnografi berasal dari bahasa Yunani ethos dan grapho s. Yang berarti tulisan mengenai kelompok budaya. Sedangkan Menurut Le Clompte dan Schensul etnografi adalah metode penelitian yang berguna untuk menemukan pengetahuan yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau komunitas tertent

Asumsi dalam Ilmu (Ontologi Filsafat Ilmu bag 3)

by dwining bintarawati Asumsi dalam Ilmu Waktu kecil segalanya kelihatan besar, pohon terasa begitu tinggi, orang-orang tampak seperti raksasa Pandangan itu berubah setelah kita berangkat dewasa, dunia ternyata tidak sebesar yang kita kira, wujud yang penuh dengan misteri ternyata hanya begitu saja. Kesemestaan pun menciut, bahkan dunia bisa sebesar daun kelor, bagi orang yang putus asa. Katakanlah kita sekarang sedang mempelajari ilmu ukur bidang datar (planimetri). Dengan ilmu itu kita membuat kontruksi kayu bagi atap rumah kita. Sekarang dalam bidang datar yang sama bayangkan para amuba mau bikin rumah juga. Bagi amuba bidang datar itu tidak rata dan mulus melainkan bergelombang, penuh dengan lekukan yang kurang mempesona. Permukaan yang rata berubah menjadi kumpulan berjuta kurva. Asumsi dan Skala Observasi Mengapa terdapat perbedaan pandangan yang nyata terhadap obyek yang begitu kongkret sperti sebuah bidang? Ahli fisika Swiss Charles-Eugene Guye menyimpulkan gejala itu

Pengertian dan Tujuan Pendidikan menurut UU Sisdiknas

Karena UU Sisdiknas itu puanjang, aku kutipin sebagian tentang pengertian dan tujuan pendidikan menurut UU RI No 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal-pasal ini minimal akan sering kita pakai untuk rujukan diawal Check this out BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1  Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. 3. Sistem pendidikan nasional adalah   keseluruhan komponen pendidikan yang sali

Filsafat Pendidikan Realisme

BAB I PENDAHULUAN A.      LATAR BELAKANG Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan. Berbeda dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu. Filsafat Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya. Seperti halnya filsafat yang lain, filsafat pendidikanpun bersifat spekulatif, preskriptif dan analitik. Spekulatif artinya filsafat pendidikan membangun teori-teori tentang hakikat pendidikan manusia, hakikat masyarakat dan hakikat dunia. Preskriptif artinya filsafat pendidikan menentukan tujuan pendidikan yang harus diikuti dan dicapai. Analitik artinya filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif. Filsafat ilm

Pendekatan Evaluasi Program Berorientasi Tujuan ( Objective – Oriented Evaluation Approach)

Pendahuluan Dari awal pesatnya perkembangan evaluasi pendidikan tahun 60-70 an sampai sekarang , para ahli telah mengembangkan sekitar 50 model/pendekatan evaluasi Banyaknya model ini juga didasarkan oleh beberapa pendekatan pada evaluasi , jenis/bentuk evaluasi juga tujuan evaluasi. Evaluasi program merupakan proses deskripsi , pengumpulan data dan penyampaian informasi kepada pengambil keputusan yang akan dipakai untuk pertimbangan apakah program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan. Berdasarkan objektivisme dan subjektivisme, 50 model yang ada sebenarnya bisa dikelompokkan menjadi 6 pendekatan, yaitu 1. Pendekatan berorientasi tujuan ( objectives-oriented approaches/goal oriented approach ) 2. Pendekatan berorientasi manajemen ( management – oriented approaches ) 3. Pendekatan berorientasi pemakai ( consumer – oriented approaches ) 4. Pendekatan berorentasi kepakaran ( expertise – oriented approaches ) 5. Pendekatan berorientasi ketidaksamaan ( adversary-eriented appr