{isi blog ini hanya rangkuman dan terjemahan dari sebuah buku, bukan opini ataupun tulisan ilmiah}
Pendahuluan
Perdamaian Romawi
Pada pada masa kejayaan Romawi pada pemerintahan Kaisar Augustus, di perkampungan Galilea di Nazareth, dari pasangan orang tua Yahudi lahirnya seorang anak yang diberi nama Yesus (Isa). Walaupun berasal dari daerah perbatasan namun agama baru yang diturunkan dari seseorang yang bernama Yesus ini , mengguncangkan keadaan politik Romawi dan bahkan mengubah pemerintahan ROmawi dari pemerinahan sipil ke pemerintahan berdasarkan spiritual.
Saat itu di Palestina, orang-orang yahudi banyak mengalami penindasan dan kekejaman dari bangsa Romawi. Dalam penderitaan itu orang-orang Yahudi memimpikan dan menantikan kemunculan Messiah dan jaman baru bagi orang-orang Israel. Oleh karena itu mereka tetap mengikuti bimbingan para pendeta mereka dan mengikut ajaran Musa untuk bertahan dari segala tekanan terhadap meraka, Dalam situasi tertekan seperti itu rakyat rendahan dari Nazarethlah yang dikatakan ditakdirkan sebagai pembawa ajaran Kristen.
Agama Kristen kemudian menjadi kekuatan katalis dalam sejarah yang pengaruhnya tidak diperkirakan sebelumnya. Keberadaannya menjadi semangat kreatif tetapi sayangnya mereka dimusuhi oleh teman-temannya juga oleh musuh-musuhnya. Idealisme yang dibawa harus berhadapan dengan institusi yang lebih tua dan kuat. Penulis mengutip dari Hart,1931 bahwa kejadian ini mirip dengan yang dialami Socrates sebelumnya di Athena.
Namun kemudian selama 20 abad kemudian kekuatan baru ini mendominasi peradaban dan budaya di seluruh dunia bara dan mempengaruhi teori dan praktek dalam kehidupan dan pendidikan.
Semangat Penyebaran Agama
Agama Kristen berusaha menyelesaikan dilema dalam berkonfrontasi dengan peradaban pagan yang banyak dianut saat itu. Yaitu bagaimana menyelaraskan kebebasan individu dan keinginan pribadi namun tetep mempertahankan stabilitas sosial untuk mempertahankan bangsa dan negara.
Agam kristen memberikan kekuatan etika baru, energi baru untuk seluruh manusia, humanitarianisme baru yang menyedikanan dasar pendidikan untuk semua dan organisasi sosial. Di awal penyebarannya agama kristen memberikan kontribusi etika sebagai berikut
1. moral pribadi ideal yang diliputi kebajikan berupa ketulusan, kejujuran kebenaran dan kesucian
2. tanggung jawab sosial yang ideal yang berdasarkan pada persaudaraan, kekeluargaan, loyalti, kebaikan, keramahan, mengutamakan kepentingan orang lain dan ketidakegoisan. Semangat idelisme itu akhirnya bisa meminimalkan perbedaan kelas dan ras, kedudukan wanita bisa ditingkatkan dan kedudukan anak menjadi disucikan. Hak-hak asasi diakui sebagaimana tugas dan kewajiban.
Pada awal penyebaran agama Kristen masih terjadi perbedaan pendapat dan salah paham antara para murid dan pengikut Yesus mengenai konsep pendidikan Kristen. Dalam pembahasan ini berikut akan dibedakan Konsep pendidikan Kristen menjadi dua sub pokok bahasan
1. Sikap dan Kebiasaan Yesus dalam mendidik dan 2. Masa awal gereja Kristen
Cara dan Sikap Yesus dalam mendidik
Dalam sub bahasan ini kita tidak membicarakan Yesus sebagai penerima wahyu melainkan membahasnya sebagai Guru yang sebagai pendidik memainkan peran besar dalam sejarah pendidikan.
Penulis menyamakan Yesus sebagai mahaguru sama halnya dengan Socrates dan Gautama pada jamannya. Ketiga tokoh tersebut mempunyai kesadaran tinggi kepada misi yang harus mereka penuhi dan pancaran kepribadian yang mengantarkannya pada menjadi guru yang efektif.
Dalam kepribadian, kehidupan dan pengajarannya Yesus menunjukkan gambaran Guru Ideal.
Tujuan
Yesus merangkum sasaran pengajarannya dalam kata-kata yang diucapkannya sendiri yang familiar di kalangan pengikutnya. Yesus mengajarkan doktrin baru dan simpel yang mempengaruhi filosofi pendidikan dan penerapannya dalam pengajaran. Doktrin ini salah satu dari doktrin yang paling revolusioner yang pernah menggerakkan dan mengubah pemikiran manusia.
Tipe
Yesus menekankan moral training dengan menggunakan istilah yang suci sebagai tingkatan tertinggi dalam pendidikan etika. Prinsip moral yang tinggi di alam ini melewati batas kekewenangan dari para nenek moyang, kasta bahkan negara. Selain itu Yesus juga mengajarkan tentang religi dan hubungan manusia dengan Tuhan. Namun Yesus tidak menekankan pada cara melakukan ritual upacara keagamaan, beliau lebih menekankan pada keimanan terhadap Tuhan.
Pendidikannya berbasis pada pengajaran yang bersifat universal dan demokratis. Beliau mengajarkan sendiri semua orang yang datang padanya yang memerlukan petunjuk. Beliau mengajarkan bahwa Tuhan itu untuk semua orang sehingga membebaskan pendidikan dari batasan bangsa dan ras. Selain itu dalam pengajarannya Yesus juga menekananya perlunya pendidikan bagi anak-anak.
Isi
Esesi dari pengajaran Yesus ditemukan dalam beberapa halaman dari Sermon di Gunung. Yesus mempraktekkan apa yang beliur ajarkan dan hidup dengan ajarannya itu. Kehidupannya adalah kurikulumnya.
Lembaga dan Organisasi
Yesus tidak mengorganisasikan sebuah sekolah atau membentuk institusi khusus untuk menyebarkan ajarannya. Seperti halnya Socrates, Yesus tidak menulis apapaun, tidak menggunakan textbook walaupun dia banyak membaca dan mengutip literatur. Beliau lebih memilih berbicara pada orang-orang yang dia temui di manapun. Rumah, pantai, pinggiran sungai, jalan, puncak bukit pertemuan sosial dan pelayanan keagamaan adalah lembaga tempat beliau menyelenggarakan pendidikan. Beliau mengajar kapanpun dalam situasi apapun.
Yesus juga buka guru profesional yang menarik upah dari pelayanannya. Lembaga paling efektif dalam setiap petunjuknya adalah pancaran kepribadiannya.
Metode
Cara dan etika Yesus dalam memberikan instruksi pada murid dan pengikutnya menjadi contoh yang sempurna dalam metodologi pendidikan. Beliau mempunya instuisi yang tepat yang seoeauai dengan terori belajar dan prinsip-perinsip pengajarannya sekarang menjadi dasar keefektifan pengajaran. Yesus memberikan contoh konkrit dalam penerapan hidup dan hubungan manusia. Beliau secara berkesinmabungan menyesuiakan pengajarannya dengan pengalaman umum yangada. Beliau mengajar dengan merefer pada fenomena alam yang familiar.
Yesus juga mengenal prinsip aktivitas pengajaran. Beliau smendorong murid-muridnya dengan pertanyaan-pertanyaan. Beliau menggunakan kekuatan sugesti unuk menstimulai proses berpikir. Beliau juga mengenal prinsip perbedaan antar individu dan menyesuaikan metode pengajarannya sesuai kebutuhan , kondisi dan kapasitas orang-orang yang mendengarkan ajarannya.
Motode pengajarannya adalah objektif, terus terang dan personal.Namun di atas segalanya beliau mengajar dengan keteladanan. Kehidupan beliau adalah penerangan yang paling baik bagi ajarannya. Beliau selalu mempraktekkan apa yang beliau ceramahkan.
Pendahuluan
Perdamaian Romawi
Pada pada masa kejayaan Romawi pada pemerintahan Kaisar Augustus, di perkampungan Galilea di Nazareth, dari pasangan orang tua Yahudi lahirnya seorang anak yang diberi nama Yesus (Isa). Walaupun berasal dari daerah perbatasan namun agama baru yang diturunkan dari seseorang yang bernama Yesus ini , mengguncangkan keadaan politik Romawi dan bahkan mengubah pemerintahan ROmawi dari pemerinahan sipil ke pemerintahan berdasarkan spiritual.
Saat itu di Palestina, orang-orang yahudi banyak mengalami penindasan dan kekejaman dari bangsa Romawi. Dalam penderitaan itu orang-orang Yahudi memimpikan dan menantikan kemunculan Messiah dan jaman baru bagi orang-orang Israel. Oleh karena itu mereka tetap mengikuti bimbingan para pendeta mereka dan mengikut ajaran Musa untuk bertahan dari segala tekanan terhadap meraka, Dalam situasi tertekan seperti itu rakyat rendahan dari Nazarethlah yang dikatakan ditakdirkan sebagai pembawa ajaran Kristen.
Agama Kristen kemudian menjadi kekuatan katalis dalam sejarah yang pengaruhnya tidak diperkirakan sebelumnya. Keberadaannya menjadi semangat kreatif tetapi sayangnya mereka dimusuhi oleh teman-temannya juga oleh musuh-musuhnya. Idealisme yang dibawa harus berhadapan dengan institusi yang lebih tua dan kuat. Penulis mengutip dari Hart,1931 bahwa kejadian ini mirip dengan yang dialami Socrates sebelumnya di Athena.
Namun kemudian selama 20 abad kemudian kekuatan baru ini mendominasi peradaban dan budaya di seluruh dunia bara dan mempengaruhi teori dan praktek dalam kehidupan dan pendidikan.
Semangat Penyebaran Agama
Agama Kristen berusaha menyelesaikan dilema dalam berkonfrontasi dengan peradaban pagan yang banyak dianut saat itu. Yaitu bagaimana menyelaraskan kebebasan individu dan keinginan pribadi namun tetep mempertahankan stabilitas sosial untuk mempertahankan bangsa dan negara.
Agam kristen memberikan kekuatan etika baru, energi baru untuk seluruh manusia, humanitarianisme baru yang menyedikanan dasar pendidikan untuk semua dan organisasi sosial. Di awal penyebarannya agama kristen memberikan kontribusi etika sebagai berikut
1. moral pribadi ideal yang diliputi kebajikan berupa ketulusan, kejujuran kebenaran dan kesucian
2. tanggung jawab sosial yang ideal yang berdasarkan pada persaudaraan, kekeluargaan, loyalti, kebaikan, keramahan, mengutamakan kepentingan orang lain dan ketidakegoisan. Semangat idelisme itu akhirnya bisa meminimalkan perbedaan kelas dan ras, kedudukan wanita bisa ditingkatkan dan kedudukan anak menjadi disucikan. Hak-hak asasi diakui sebagaimana tugas dan kewajiban.
Pada awal penyebaran agama Kristen masih terjadi perbedaan pendapat dan salah paham antara para murid dan pengikut Yesus mengenai konsep pendidikan Kristen. Dalam pembahasan ini berikut akan dibedakan Konsep pendidikan Kristen menjadi dua sub pokok bahasan
1. Sikap dan Kebiasaan Yesus dalam mendidik dan 2. Masa awal gereja Kristen
Cara dan Sikap Yesus dalam mendidik
Dalam sub bahasan ini kita tidak membicarakan Yesus sebagai penerima wahyu melainkan membahasnya sebagai Guru yang sebagai pendidik memainkan peran besar dalam sejarah pendidikan.
Penulis menyamakan Yesus sebagai mahaguru sama halnya dengan Socrates dan Gautama pada jamannya. Ketiga tokoh tersebut mempunyai kesadaran tinggi kepada misi yang harus mereka penuhi dan pancaran kepribadian yang mengantarkannya pada menjadi guru yang efektif.
Dalam kepribadian, kehidupan dan pengajarannya Yesus menunjukkan gambaran Guru Ideal.
Tujuan
Yesus merangkum sasaran pengajarannya dalam kata-kata yang diucapkannya sendiri yang familiar di kalangan pengikutnya. Yesus mengajarkan doktrin baru dan simpel yang mempengaruhi filosofi pendidikan dan penerapannya dalam pengajaran. Doktrin ini salah satu dari doktrin yang paling revolusioner yang pernah menggerakkan dan mengubah pemikiran manusia.
Tipe
Yesus menekankan moral training dengan menggunakan istilah yang suci sebagai tingkatan tertinggi dalam pendidikan etika. Prinsip moral yang tinggi di alam ini melewati batas kekewenangan dari para nenek moyang, kasta bahkan negara. Selain itu Yesus juga mengajarkan tentang religi dan hubungan manusia dengan Tuhan. Namun Yesus tidak menekankan pada cara melakukan ritual upacara keagamaan, beliau lebih menekankan pada keimanan terhadap Tuhan.
Pendidikannya berbasis pada pengajaran yang bersifat universal dan demokratis. Beliau mengajarkan sendiri semua orang yang datang padanya yang memerlukan petunjuk. Beliau mengajarkan bahwa Tuhan itu untuk semua orang sehingga membebaskan pendidikan dari batasan bangsa dan ras. Selain itu dalam pengajarannya Yesus juga menekananya perlunya pendidikan bagi anak-anak.
Isi
Esesi dari pengajaran Yesus ditemukan dalam beberapa halaman dari Sermon di Gunung. Yesus mempraktekkan apa yang beliur ajarkan dan hidup dengan ajarannya itu. Kehidupannya adalah kurikulumnya.
Lembaga dan Organisasi
Yesus tidak mengorganisasikan sebuah sekolah atau membentuk institusi khusus untuk menyebarkan ajarannya. Seperti halnya Socrates, Yesus tidak menulis apapaun, tidak menggunakan textbook walaupun dia banyak membaca dan mengutip literatur. Beliau lebih memilih berbicara pada orang-orang yang dia temui di manapun. Rumah, pantai, pinggiran sungai, jalan, puncak bukit pertemuan sosial dan pelayanan keagamaan adalah lembaga tempat beliau menyelenggarakan pendidikan. Beliau mengajar kapanpun dalam situasi apapun.
Yesus juga buka guru profesional yang menarik upah dari pelayanannya. Lembaga paling efektif dalam setiap petunjuknya adalah pancaran kepribadiannya.
Metode
Cara dan etika Yesus dalam memberikan instruksi pada murid dan pengikutnya menjadi contoh yang sempurna dalam metodologi pendidikan. Beliau mempunya instuisi yang tepat yang seoeauai dengan terori belajar dan prinsip-perinsip pengajarannya sekarang menjadi dasar keefektifan pengajaran. Yesus memberikan contoh konkrit dalam penerapan hidup dan hubungan manusia. Beliau secara berkesinmabungan menyesuiakan pengajarannya dengan pengalaman umum yangada. Beliau mengajar dengan merefer pada fenomena alam yang familiar.
Yesus juga mengenal prinsip aktivitas pengajaran. Beliau smendorong murid-muridnya dengan pertanyaan-pertanyaan. Beliau menggunakan kekuatan sugesti unuk menstimulai proses berpikir. Beliau juga mengenal prinsip perbedaan antar individu dan menyesuaikan metode pengajarannya sesuai kebutuhan , kondisi dan kapasitas orang-orang yang mendengarkan ajarannya.
Motode pengajarannya adalah objektif, terus terang dan personal.Namun di atas segalanya beliau mengajar dengan keteladanan. Kehidupan beliau adalah penerangan yang paling baik bagi ajarannya. Beliau selalu mempraktekkan apa yang beliau ceramahkan.
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda