Langsung ke konten utama

STANDAR EVALUASI PROGRAM

Dalam melaksanakan kegiatan Evaluasi Program seorang evaluator harus mengikuti kaidah dan prosedur tertentu untuk menjamin evaluasi berjalan baik sesuai standar evaluasi program. Standar evaluasi ada 4 kategori yaitu standar utility (kegunaan), feasibility (kelayakan), propriety (kesahihan) dan accuracy (ketepatan).
Berikut ini akan diuraikan dan ke 30 standar tersebut sesuai yang dikeluarkan Join Committe 1994 seperti yang dikutip oleh Fitzpatrick, Sanders dan Worthen (2004) yang berusaha penulis terjemahkan satu persatu ke dalam bahasa Indonesia

Standar Utilitas/ Kegunaan (Utility standard)

Standar Utilitas ini untuk memastikan bahwa evaluasi akan menyajikan informasi yang sesuai dengan keperluan pemakai
Standar utilitas (disingkat U) terdiri dari 7 komponen (U1-U7), sbb :

U1 Stakeholder Identification – Identifikasi Stakeholder
      Pihak yang terlibat atau terpengaruh oleh evaluasi ini perlu diidentifikasi agar kebutuhan mereka dapat  tercakupi
U2 Evaluator Credibility – Kredibilitas Evaluator
     Seseorang yang melaksanakan evaluasi harus terpercaya dan kompeten sehinga hasil evaluasi mencapai kredibilatas dan penerimaan yang tinggi

U3 Information Scope and Selection – Seleksi dan Ruang Lingkup Informasi
I     Informasi yang didapat harus luas dan juga terseleksi untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan yang berkaitan dengan program dan responsif terhadap kebutuhan klien dan stakeholder

U4 Values Identification – Identifikasi Nilai-Nilai
      Sudut pandang, prosedur dan alasan rasional yagn digunakan untuk menginterpretasi temuan harus digambarkan secara hati-hati sehingga dasar untuk mempertimbangkan nilai-nilai menjadi jelas.

U5 Report Clarity – Kejelasan Pelaporan
      Laporan evaluasi harus jelas menggambarkan konteks, tujuan, prosedur dan temuan dari evaluasi sehingga informasi yang penting dapat dipaparkan dan mudah dimengerti.

U6 Report Timeliness and Dissemination – Penyebaran dan Ketepatan Waktu Pelaporan
U7 Evaluation Impact – Dampak Evaluasi
     Evaluasi seharusnya direncanakan, dilaksanakan dan dilaporkan dengan cara yang membuat para stakeholder bisa menindaklanjuti dan menggunakan hasil evaluasi tersebut.


Standar Kelayakan (Feasibility Standard)
Standar kelayakan diperlukan untuk meyakinkan bahwa evaluasi berlangsung realistis, cermat, diplomatis dan hemat.
Ada 3 butir standar kelayakan, disingkat F (F1 s.d.F3) ang bisa diuraikan sbb :

F1 Practical Procedures – Kepraktisan Prosedur
Prosedur evaluasi harus praktis dan menekan gangguan seminimal mungkin selama mendapatkan informasi yang dibutuhkan

F2 Political Viability – Keberlangsungan Politis
Evaluasi harus bisa mengantisipasi beragam posisi/kedudukan dan minat dari kelompok supaya kerjasama semua pihak bisa diperoleh.

F3 Cost Effectiveness – Keefektifan Biaya


Standar Kepatutan (Propriety Standard)
Standar Kepatutan diinginkan untuk meyakinkan agar evaluasi terlaksana secara secara legal, etis dan dengan mempertimbangkan ketentraman pihak-pihak yang terlibat dan terpengaruh kegiatan evaluasi.

P1 Service Orientasi – Orientasi Pelayanan
     Evaluasi seharusnya didesain untuk membantu organisasi untuk melayani kebutuhan anggota secara luas.

P2 Formal Agreement – Perjanjian Formal
     Kewajiban masing-masing pihak terhadap evaluasi harus disetujui secara tertulis.

P3 Right of Human Subject – Hak Asasi Subjek Manusia
     Evaluasi wajib didesain dan dilaksanakan dengan menghargai dan menjaga hak-hak asasi dan ketentraman orang-orang yang terlibat.

P4 Human Interaction – Interaksi yang manusiawi
P5 Complete and Fair Assesment – Penilaian yang lengkap dan jujur
     Evaluator harus adil dalam menyelidiki dan mencatat kelebihan dan kekurangan dari program

P6 Disclosure of Finding – Pengungkapan Temuan
P7 Conflict of Interest – Konflik Kepentingan
     Konflik kepentingan harus ditangani secara terbuka dan jujur sehingga tidak berkompromi dengan proses dan hasil evaluasi
P8 Fiscal Responsibility – Tanggung jawab Fiskal


Standar Akurasi/Ketelitian (Accuracy Standards)
Evaluasi harus menyingkap dan menyampaikan informasi yang memadai secara teknis Standar akurasi ini terdiri dari 12 standar dari A1 s.d. A12

A1 Program Documentation – Dokumentasi Program
A2 Context Analysis – Analisa Konteks
A3 Described Purposes and Procedures – Penggambaran Tujuan dan Prosedur
A4 Defensible Information Source –Sumber Informasi yang tepat
A5 Valid Infomation –Informasi yang valid
A6 Reliable Information –Informasi yang andal
A7 Systematic Information –Informasi yang sistematis
A8 Analysis of Quantitative Information – Informasi analisis kuantitatif
A9 Analysis of Qualitative Information – Informasi Analisis kualitatif
A10 Justified Conclusion – Kesimpulan yang masuk akal
A11 Impartial Reporting – Laporan yang tidak memihak
A12 Metaevaluation – meta evaluasi
        Evaluasi harus dievaluasi secara formatif dan sumatif dengan standar yang tepat sehingga pelaksanaannya terarah.

Komentar

  1. makasih udah mampir..
    hehe yang ini standar khusus evaluator sih..textbook banget..sorry ga bisa bikin ..yang lbh gampang cuma nerjemahin aja..kyk standar ISO

    BalasHapus
  2. mbak ijin copy ya, makasih infonya nolong bgt:)

    BalasHapus
  3. Good day! I simply wish to give an enormous thumbs up for the great information you might have right here on this post.
    I can be coming back to your weblog for extra soon.

    Here is my web site blood in semen after prostate biopsy

    BalasHapus
  4. Hello! I simply would like to give a huge thumbs
    up for the great data you’ve right here on this post.
    I will probably be coming again to your weblog for extra soon.


    my weblog ... queen seon deok video download

    BalasHapus
  5. sist...boleh tau nama bukux gak?cz detail banget....makasih sblmx
    kirim ke email seniwati.nusja@gmail.com

    BalasHapus
  6. Kak kalo yang ditanya contoh nya dri standar evaluasiya apa??
    Jawab ya kk pleasee

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar Anda

Popular Posts

Penelitian Etnografi

PENGERTIAN               Penelitian etnografi adalah termasuk salah satu pendekatan dari penelitian kualitatif. Penelitan etnografi di bidang pendidikan diilhami oleh penelitian sejenis yang dikembangkan dalam bidang sosiologi dan antropologi. Penelitian etnografi pernah dilakukan oleh peneliti bernama Jonathan Kozol, dalam rangka melukiskan perjuangan dan impian para warga kulit hitam dalam komunitas yang miskin dan terpinggirkan di daerah Bronx, New York [1] . Penelitian kualitatif dengan pendekatan ini kemudian banyak diterapkan dalam meneliti lingkungan pendidikan atau sekolah.                          Menurut Miles & Hubberman seperti yang dikutip oleh Lodico, Spaulding & Voegtle, Etnografi berasal dari bahasa Yunani ethos dan grapho s. Yang berarti tulisan mengenai kelompok budaya. Sedangkan Menurut Le Clompte dan Schensul etnografi adalah metode penelitian yang berguna untuk menemukan pengetahuan yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau komunitas tertent

Asumsi dalam Ilmu (Ontologi Filsafat Ilmu bag 3)

by dwining bintarawati Asumsi dalam Ilmu Waktu kecil segalanya kelihatan besar, pohon terasa begitu tinggi, orang-orang tampak seperti raksasa Pandangan itu berubah setelah kita berangkat dewasa, dunia ternyata tidak sebesar yang kita kira, wujud yang penuh dengan misteri ternyata hanya begitu saja. Kesemestaan pun menciut, bahkan dunia bisa sebesar daun kelor, bagi orang yang putus asa. Katakanlah kita sekarang sedang mempelajari ilmu ukur bidang datar (planimetri). Dengan ilmu itu kita membuat kontruksi kayu bagi atap rumah kita. Sekarang dalam bidang datar yang sama bayangkan para amuba mau bikin rumah juga. Bagi amuba bidang datar itu tidak rata dan mulus melainkan bergelombang, penuh dengan lekukan yang kurang mempesona. Permukaan yang rata berubah menjadi kumpulan berjuta kurva. Asumsi dan Skala Observasi Mengapa terdapat perbedaan pandangan yang nyata terhadap obyek yang begitu kongkret sperti sebuah bidang? Ahli fisika Swiss Charles-Eugene Guye menyimpulkan gejala itu

Pengertian dan Tujuan Pendidikan menurut UU Sisdiknas

Karena UU Sisdiknas itu puanjang, aku kutipin sebagian tentang pengertian dan tujuan pendidikan menurut UU RI No 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal-pasal ini minimal akan sering kita pakai untuk rujukan diawal Check this out BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1  Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. 3. Sistem pendidikan nasional adalah   keseluruhan komponen pendidikan yang sali

Filsafat Pendidikan Realisme

BAB I PENDAHULUAN A.      LATAR BELAKANG Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan. Berbeda dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu. Filsafat Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya. Seperti halnya filsafat yang lain, filsafat pendidikanpun bersifat spekulatif, preskriptif dan analitik. Spekulatif artinya filsafat pendidikan membangun teori-teori tentang hakikat pendidikan manusia, hakikat masyarakat dan hakikat dunia. Preskriptif artinya filsafat pendidikan menentukan tujuan pendidikan yang harus diikuti dan dicapai. Analitik artinya filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif. Filsafat ilm

Pendekatan Evaluasi Program Berorientasi Tujuan ( Objective – Oriented Evaluation Approach)

Pendahuluan Dari awal pesatnya perkembangan evaluasi pendidikan tahun 60-70 an sampai sekarang , para ahli telah mengembangkan sekitar 50 model/pendekatan evaluasi Banyaknya model ini juga didasarkan oleh beberapa pendekatan pada evaluasi , jenis/bentuk evaluasi juga tujuan evaluasi. Evaluasi program merupakan proses deskripsi , pengumpulan data dan penyampaian informasi kepada pengambil keputusan yang akan dipakai untuk pertimbangan apakah program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan. Berdasarkan objektivisme dan subjektivisme, 50 model yang ada sebenarnya bisa dikelompokkan menjadi 6 pendekatan, yaitu 1. Pendekatan berorientasi tujuan ( objectives-oriented approaches/goal oriented approach ) 2. Pendekatan berorientasi manajemen ( management – oriented approaches ) 3. Pendekatan berorientasi pemakai ( consumer – oriented approaches ) 4. Pendekatan berorentasi kepakaran ( expertise – oriented approaches ) 5. Pendekatan berorientasi ketidaksamaan ( adversary-eriented appr