(Masing-masing sub bab pernah dibahas tersendiri beberapa bulan lalu secara lebih detail)
Ontologi dan Metafisika
Ontologi dalam filsafat ilmu mempelajari hakikat apa atau objek apa yang dipelajari oleh ilmu. Pertanyaan itu kemudian diuraikan lagi menjadi Bagaimana ujud hakiki dari objek tersebut? Dan bagaimana hubungan objek tadi dengan daya tangkap manusia. Sedangkan dari segi istilah ontologi berarti studi yang membahas sesuatu yang ada.
Ontologi merupakan bagian dari metafisika. Metafisika mengkaji mengenai realitas atau kenyataan; mengkaji alam di balik realitas dan menyelidiki hakikat di balik realitas. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah sumber dari suatu realitas, apakah Tuhan ada. Metafisika dapat berarti sebagai usaha untuk menyelidiki alam yang berada di luar pengalaman atau menyelidiki suatu hakikat yang berada di balik realitas. Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
Beberapa tafsiran/aliran metafisika adalah
1. aliran animisme
paham animisme memandang bahwa hakikat dari suatu benda terdapat ruh halus.
2. aliran materialisme
paham materialisme memandang hakikat suatu benda adalah gejala kimia fisika belaka.
3. aliran monistik
mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama.
4. aliran dualistik
Dalam metafisika penafsiran dualistik membedakan antara zat dan pikiran yang bagi mereka berbeda secara substantif.
Objek Ilmu dan Asumsi
Objek yang dikaji oleh ilmu adalah semua objek yang empiris, yaitu objek yang bisa ditangkap oleh panca indera. Sebab bukti-bukti yang harus ditemukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis.
Menurut ilmu, ia boleh meneliti apa saja ; menurut filsafat akan tergantung filsafat yang mana dan menurut agama belum tentu bebas.
Ilmu mempelajari objek yang berupa realitas dunia fisik. Semakin berkembangnya ilmu, kita mempelajari bahwa bahwa baik asumsi, hukum alam, dan ilmu itu tidak bersifat mutlak atau absolut universal.
Asumsi merupakan anggapan/andaian dasar tentang sebuah realitas. Asumsi adalah anggapan dasar tentang realitas objek yang menjadi pusat perhatian penelaahan kita. Mengapa asumsi diperlukan? Asumsi merupakan pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah. Asumsi diperlukan dalam pengembangan ilmu.
Untuk mendapat pengetahuan ini ilmu membuat asumsi mengenai objek –objek empiris (objek yang dapat ditangkap oleh panca indera). Dalam mengembangkan ilmu, kita harus bertolak dengan mempunyai asumsi/anggapan yang sama mengenai hukum-hukum alam dan objek yang akan ditelaah oleh ilmu baik itu dalam ilmu alam ataupun ilmu-ilmu sosial. Ilmu alam membahas asumsi mengenai zat, ruang dan waktu. Ilmu sosial mengedepankan membahas asumsi mengenai manusia.
Terdapat asumsi yang berbeda-beda mengenai hukum alam. Asumsi ini menurut kelompok-kelompok penganut faham berikut ini
Deterministik
Kelompok penganut paham deterministik menganggap hukum alam ini tunduk kepada determinisme yaitu bahwa hukum alam mengikuti pola tertentu. Hukum alam ini diyakini bersifat universal.
Pilihan Bebas
Penganut pilihan bebas menganggap hukum yang mengatur itu tanpa sebab karena setiap gejala alam merupakan pilihan bebas dan tidak terikat kepada hukum alam.
Probabilistik
Dan yang terakhir penganut paham ini berada di antara deterministik dan pilihan bebas. Yang menyatakan bahwa gejala umum yang universal itu memang ada, namun berupa peluang.
Ilmu memang mengikuti hukum alam dengan pola tertentu namun kesemuanya itu bersifat probabilistik.
Asumsi dalam Ilmu
Ilmu yang paling maju yaitu fisika mempunyai cakupan objek zat, gerak, ruang, dan waktu. Menurut newton asumsi terhadap objek ini bersifat absolut. Sedangkan menurut Einstein yang didukung temuan terbaru bidang fisika bahwa ke 4 objek tersebut bersifat relatif.
Ilmu ukur yang memakai asumsi Nwetu adalah ilmu ukur euclid. Sedangkan teori relativitas memerlukan ilmu ukur lainya yaitu ilmu ukur non-euclid.
Asumsi dalam ilmu sosial lebih rumit. Masing-masing ilmu sosial mempunya berbagai asumsi mengenai manusia. Siapa sebenarnya manusia? Jawabnya tergantung kepada situasinya : dalam kegiatan ekonomis maka dia makhluk ekonomi, dalam politik maka dia political animal, dalam pendidikan dia homo educandum.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan asumsi
1. Asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disipin keilmuan.
Asumsi manusia dalam administrasi yang bersifat operasional adalah makhluk ekonomis, makhluk sosial, makhluk aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks. Berdasarkan asumsi-asumsi ini maka dapat dikembangkan berbagai model, strategi, dan praktek administrasi.
2. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari ‘keadaan sebagaimana adanya’ bukan ‘bagaimana keadaan yang seharusnya’.
Batasan Penjelajahan Ilmu dan Cabang Ilmu
Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu? ilmu memulai penjelajahannnya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu tidak membahas yang di luar pengalaman manusia sepeti surga dan neraka.
Ilmu terbagi menjadi ilmu alam dan ilmu sosial. Dan kemudian banyak berkembang menjadi cabang-cabang ilmu lain yang sangat banyak. Namun sejauh berkembangnya ilmu tadi, batasan ilmu akan berhenti sejauh batas pengalaman manusia. Ilmu tidak mempelajari hal-hal di luar batas pengalaman manusia seperti hal gaib atau awal kejadian manusia.
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok lagi yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi dan ilmu bumi. Ilmu-ilmu murni ini kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan.
Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).
Disamping ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial, pengetahuan mencakup juga humaniora dan matematika. Humaniora terdiri dari seni, filsafat, agama, bahasa, dan sejarah. Matematika bukan merupakan ilmu, melainkan cara berpikir deduktif. Matematika merupakan sarana berpikir yang penting sekali dalam kegiatan berbagai disiplin keilmuan.
Ontologi dan Metafisika
Ontologi dalam filsafat ilmu mempelajari hakikat apa atau objek apa yang dipelajari oleh ilmu. Pertanyaan itu kemudian diuraikan lagi menjadi Bagaimana ujud hakiki dari objek tersebut? Dan bagaimana hubungan objek tadi dengan daya tangkap manusia. Sedangkan dari segi istilah ontologi berarti studi yang membahas sesuatu yang ada.
Ontologi merupakan bagian dari metafisika. Metafisika mengkaji mengenai realitas atau kenyataan; mengkaji alam di balik realitas dan menyelidiki hakikat di balik realitas. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah sumber dari suatu realitas, apakah Tuhan ada. Metafisika dapat berarti sebagai usaha untuk menyelidiki alam yang berada di luar pengalaman atau menyelidiki suatu hakikat yang berada di balik realitas. Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
Beberapa tafsiran/aliran metafisika adalah
1. aliran animisme
paham animisme memandang bahwa hakikat dari suatu benda terdapat ruh halus.
2. aliran materialisme
paham materialisme memandang hakikat suatu benda adalah gejala kimia fisika belaka.
3. aliran monistik
mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama.
4. aliran dualistik
Dalam metafisika penafsiran dualistik membedakan antara zat dan pikiran yang bagi mereka berbeda secara substantif.
Objek Ilmu dan Asumsi
Objek yang dikaji oleh ilmu adalah semua objek yang empiris, yaitu objek yang bisa ditangkap oleh panca indera. Sebab bukti-bukti yang harus ditemukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis.
Menurut ilmu, ia boleh meneliti apa saja ; menurut filsafat akan tergantung filsafat yang mana dan menurut agama belum tentu bebas.
Ilmu mempelajari objek yang berupa realitas dunia fisik. Semakin berkembangnya ilmu, kita mempelajari bahwa bahwa baik asumsi, hukum alam, dan ilmu itu tidak bersifat mutlak atau absolut universal.
Asumsi merupakan anggapan/andaian dasar tentang sebuah realitas. Asumsi adalah anggapan dasar tentang realitas objek yang menjadi pusat perhatian penelaahan kita. Mengapa asumsi diperlukan? Asumsi merupakan pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah. Asumsi diperlukan dalam pengembangan ilmu.
Untuk mendapat pengetahuan ini ilmu membuat asumsi mengenai objek –objek empiris (objek yang dapat ditangkap oleh panca indera). Dalam mengembangkan ilmu, kita harus bertolak dengan mempunyai asumsi/anggapan yang sama mengenai hukum-hukum alam dan objek yang akan ditelaah oleh ilmu baik itu dalam ilmu alam ataupun ilmu-ilmu sosial. Ilmu alam membahas asumsi mengenai zat, ruang dan waktu. Ilmu sosial mengedepankan membahas asumsi mengenai manusia.
Terdapat asumsi yang berbeda-beda mengenai hukum alam. Asumsi ini menurut kelompok-kelompok penganut faham berikut ini
Deterministik
Kelompok penganut paham deterministik menganggap hukum alam ini tunduk kepada determinisme yaitu bahwa hukum alam mengikuti pola tertentu. Hukum alam ini diyakini bersifat universal.
Pilihan Bebas
Penganut pilihan bebas menganggap hukum yang mengatur itu tanpa sebab karena setiap gejala alam merupakan pilihan bebas dan tidak terikat kepada hukum alam.
Probabilistik
Dan yang terakhir penganut paham ini berada di antara deterministik dan pilihan bebas. Yang menyatakan bahwa gejala umum yang universal itu memang ada, namun berupa peluang.
Ilmu memang mengikuti hukum alam dengan pola tertentu namun kesemuanya itu bersifat probabilistik.
Asumsi dalam Ilmu
Ilmu yang paling maju yaitu fisika mempunyai cakupan objek zat, gerak, ruang, dan waktu. Menurut newton asumsi terhadap objek ini bersifat absolut. Sedangkan menurut Einstein yang didukung temuan terbaru bidang fisika bahwa ke 4 objek tersebut bersifat relatif.
Ilmu ukur yang memakai asumsi Nwetu adalah ilmu ukur euclid. Sedangkan teori relativitas memerlukan ilmu ukur lainya yaitu ilmu ukur non-euclid.
Asumsi dalam ilmu sosial lebih rumit. Masing-masing ilmu sosial mempunya berbagai asumsi mengenai manusia. Siapa sebenarnya manusia? Jawabnya tergantung kepada situasinya : dalam kegiatan ekonomis maka dia makhluk ekonomi, dalam politik maka dia political animal, dalam pendidikan dia homo educandum.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan asumsi
1. Asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disipin keilmuan.
Asumsi manusia dalam administrasi yang bersifat operasional adalah makhluk ekonomis, makhluk sosial, makhluk aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks. Berdasarkan asumsi-asumsi ini maka dapat dikembangkan berbagai model, strategi, dan praktek administrasi.
2. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari ‘keadaan sebagaimana adanya’ bukan ‘bagaimana keadaan yang seharusnya’.
Batasan Penjelajahan Ilmu dan Cabang Ilmu
Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu? ilmu memulai penjelajahannnya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu tidak membahas yang di luar pengalaman manusia sepeti surga dan neraka.
Ilmu terbagi menjadi ilmu alam dan ilmu sosial. Dan kemudian banyak berkembang menjadi cabang-cabang ilmu lain yang sangat banyak. Namun sejauh berkembangnya ilmu tadi, batasan ilmu akan berhenti sejauh batas pengalaman manusia. Ilmu tidak mempelajari hal-hal di luar batas pengalaman manusia seperti hal gaib atau awal kejadian manusia.
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok lagi yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi dan ilmu bumi. Ilmu-ilmu murni ini kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan.
Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).
Disamping ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial, pengetahuan mencakup juga humaniora dan matematika. Humaniora terdiri dari seni, filsafat, agama, bahasa, dan sejarah. Matematika bukan merupakan ilmu, melainkan cara berpikir deduktif. Matematika merupakan sarana berpikir yang penting sekali dalam kegiatan berbagai disiplin keilmuan.
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda