Assalamu'alaikum, Teman Semua.
Kali ini, aku mau mulai nge-blog lagi, setelah hiatus ratusan purnama. Kebetulan aku baru bergabung dengan MGN, yaitu komunitas Mamah Gajah Ngeblog. Dengan harapan, aku bisa lebih konsisten menulis blog, tentunya sembari menambah wawasan dan sahabat-sahabat baru.
MGN, yang merupakan sub komunitas dari ITBMotherhood yang nge-hits, punya tantangan di awal tahun 2022. ‘Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog’ ini bertemakan: Tentang Dirimu, Mamah Gajah. Wah, menurutku ini tema yang kebetulan pas banget untuk perkenalan diri di MGN. Sekaligus di momen tahun baru ini, kita bisa merenung tentang siapa diri kita, refleksi sekaligus mengukir harapan, dikaitkan dengan identitas sebagai Mamah Gajah.
Untuk tantangan ini kita refleksi dan menengok ke belakang dulu ya...
Anak Gajah
Kira-kira, bagaimana rasanya jadi mahasiswa cap gajah?
Awalnya pasti senang, dong! Paling tidak karena diterima di PTN, kan? Meski bukan di pilihan pertama, tetap saja senang. Eh, lalu berkembang menjadi bangga. Belum lagi zaman dahulu, begitu jadi mahasiswi baru disambut di kampus oleh spanduk,
"Selamat Datang Putra-Putri Terbaik Bangsa!" (Spanduk menyesatkan ini, lho!)
Pergaulan antar mahasiswa sekampus juga rasanya cukup asyik. Mungkin masih sama-sama senang baru menjadi mahasiswa baru, atau karena sepemikiran. Tahun berikutnya, kegiatan di luar akademislah yang menarik perhatian dan waktuku. Kegiatan kampus lumayan beragam, kan? Hobi, minat apapun bisa tersalurkan, termasuk hobi menyanyiku yang sempat terlupakan. Selain di kampus, aku juga aktif menyanyi dan bermain dengan anak-anak di Masjid Salman.
Oh ya, kadang kita bisa kesal ga sih dengan watak kelompok kita sendiri? Anak cap gajah sering juga bikin aku geleng kepala. Katanya pintar, tetapi sekaligus sombong, mentang-mentang, semaunya sendiri, kurang pengertian. Benar begitu, kan?
Selanjutnya yang kurasakan, nama cap gajah mulai agak mengganggu begitu ingin bergaul di dunia luar. Kok yang kurasakan orang seperti menjaga jarak, begitu mengetahui saya mahasiswi atau alumni gajah. Apa anak gajah itu terlalu menakutkan orang lain? Atau hanya perasaanku? Kadang aku ingin menyembunyikan identitasku sebagai anak gajah.
Setelah lulus, aku mulai merasa menyandang alumni gajah itu berat, beban. Bagaimana jika ternyata aku tidak sebaik yang aku kira, yang orang harapkan? Andai aku bukan anak gajah.
Anak Gajah Menjadi Mamah Gajah
Sebagai cap gajah, mungkin kita terbentuk menjadi pribadi yang idealis dan kebetulan juga perfeksionis. Tetapi, ternyata dunia pada kenyataannya tidak semudah itu. Dunia luarku bak jauh dari asumsi gas ideal dan massa titik seperti kuliah Fisika dahulu. Apalagi begitu menjadi mamah gajah, rasanya lebih idealis, ingin segala yang terbaik untuk anak.
Tetapi, memang hidup sering lepas dari perkiraan dan harapan. Keinginan dan rencana harus terbentur kenyataan. Peristiwa yang cukup mengguncang hatiku adalah saat anakku divonis mengalami gangguan perkembangan. Baik mental, harapan, dan rencana tiba-tiba hancur berantakan.
Sejak itulah, diriku, yang tidak pernah bercita-cita menjadi ibu rumah tangga, akhirnya menjadi full mama yang fokus menjaga dan mendidik anak di rumah. Meski setelah konsultasi sana-sini, diagnosis terbaru anakku tidak semengerikan vonis diawal (Alhamdulillah), tetap saja anakku perlu perhatian penuh dariku.
Menjadi mama itu fase yang membahagiakan di fase hidup perempuan. Dan ada juga kebahagiaan menjadi full-time mother itu, yaitu melanjutkan proses menyaksikan sendiri detail, sedikit tahap demi tahap perkembangan anak. Lalu, kapan pun bisa memandang wajahnya yang lucu, memeluk, dan mencium tubuhnya yang harum; atau sekedar menggodanya. Aku juga bisa merancang dan menyiapkan sendiri bentuk pengasuhan, stimulasi, dan pendidikan anak sesuai idealismeku. Aku bak kepala sekolah dengan 1 orang murid, yang juga sering merangkap guru, terapis, juga pengasuh anak.
Tetapi ada bahagia, ada juga gundah. Mengasuh anakku yang lincah dan susah diatur juga memang bukan pekerjaan yang mudah. Di tambah lagi, kadang merasa sebagai mamah gajah yang hanya di rumah itu juga ganjalan. Kok seperti gajah aneh bin belang aku ini? Akibatnya selanjutnya.... minder. Di Jepang dahulu, atau di luar negeri, mama di rumah itu biasa. Tetapi tidak di Indonesia, apalagi yang bertitel seperti mamah gajah. Meski aku bukan tipe mama yang akan meninggalkan bayi kecil untuk berkarir, tetapi 4 tahun lebih di rumah cukup membuatku gundah.
Akhirnya, solusi supaya menjaga otak dan kepercayaan diri, sembari masih menjaga anak adalah sekolah lagi. Kuambil jurusan pendidikan, alasan simpelnya, supaya ga gampang di-bully terapis atau siapapun dari bagian tumbuh kembang anak.(😅😅)
Awal sekolah yang menyenangkan berujung terganjal kesulitan. Kurasa Tuhan menghukumku karena punya perasaan sombong/meremehkan. Aku seperti orang yang tersandung, jatuh terjerembab, dan sulit untuk bangun. Kepercayaan diri sudah hilang, minder, dan depresi.
Pelarian saat itu adalah menonton drama. Kemudian, mulailah aku mengenal blog. Blog-ku yang pertama isinya segala hal tentang drama atau aktor yang lagi kugemari saat itu. (Penggemar korea silakan mampir di sini). Lambat laun, aku yang ketika kecil gemar membaca dan pelajaran mengarang, jadi gemar menulis blog, artikel, dan membuat subtitle drama.
Kegiatan blogging "pelarian" yang membuai itu terhenti begitu menerima ancaman DO (hahaha). Dengan mengais sisa-sisa semangat dan keberanian, dengan dukungan keluarga, dan pastinya pertolongan Tuhan, sekolah pun kelar. Sebagian beban psikologis dan mental pun alhamdulillah terangkat.
Namun, memang masih butuh proses agar kondisi mentalku benar-benar pulih.
Refleksiku sebagai Mamah Gajah
Beban dan himpitan itu ternyata berawal dari hati dan pikiran. Hal berat akan terasa berat, jika dipandang berat. Hal berat bisa menjadi ringan, jika kita anggap ringan.
Kondisi mentalku menjadi rasanya pulih, bersamaan dengan pulihnya aku dari infeksi covid-19. Kurasa Yang Maha Penyayang masih memberi kesempatan padaku, dan memberiku kesembuhan lahir-batin.
Kini, nama gajah tak perlu kuanggap beban, tinggal disyukuri saja. Bagaimana pun kampus dan komunitas-komunitas gajah sudah membentukku dan menemaniku sampai detik ini.
Mamah gajah yang meski bobot berat, tak perlu berat juga di dada. Sebaliknya, bisa saja kita anggap mamah gajah itu hal yang lucu, dan menggemaskan, bukan?
Yang penting kujalani peran yang ada, yang pernah kupilih dengan rasa syukur dan bahagia. Semoga selalu ingat untuk tidak sombong, lamun juga tidak minder.
Jadi siapakah aku?
Kini, mamah gajah seperti apa aku?
Ya, aku mama yang sama saja seperti mama berdaster lainnya. Kerjanya, ya, nunggu suami pulang (😅😅). Yang sering #dirumahaja, bahkan jauh sebelum pandemi covid menyerang. Jadi, ketika pandemi, orang seperti kami sudah lebih tangguh 💪 bertahan di rumah, loh!
Aku mama yang ketika menulis identitas diri, menulis dirinya sebagai ibu rumah tangga, meski ga pinter ngurus rumah, dan ga suka masak (😅😅).
Mama yang sudah belasan tahun sejak zaman YM, mesti terpapar baik itu sinyal internet, entah wifi atau mobile. Sehari gangguan listrik atau inet, gelisah dan mati gaya! (Sekarang pada gitu juga, kan? Ngaku!)
Mama dari seorang anak yang sekarang menginjak remaja. Yang semakin dia besar, mamanya makin mager dan santai.
Setelah anak remaja, semestinya mamanya gantian memikirkan diri sendiri untuk lebih berkembang. Namun belasan tahun di rumah juga membuat canggung. Meski punya 2 titel, aku bisa apa? I have no idea, blank! Aku juga ga pernah berbakat cari uang.
Harapanku dan harapan sebagai Mamah Gajah Nge-blog
Setelah merasa bimbang terombang-ambing menggali lagi apa yang kubisa, apa minatku, dan apa yang nyaman kulakukan, aku tak sengaja membuka-buka e-mail lama. Surel dari Google mengingatkanku, aku punya blog!
Begitu aku bergabung di MGN, dari blogwalking ke beberapa blog senior, aku sadar, nge-blog itu memang hobi positif, bukan hanya untuk "pelarian". Nge-blog ini aku banget, memang pas dan nyaman buatku, bukan karena waktu itu sedang tren orang blogging.
Hobi ini kupikir layak dan patut aku tekuni lagi. Semoga dengan nge-blog lagi, minat, dan keterampilanku menjadi lebih terasah dan bermanfaat . Dan semoga ke depannya, blog ini bisa berkembang menjadi blog yang bagus dan menarik. Blog yang ga malu-maluin MGN - ITBMotherhood, teman-teman, dan keluarga. Wish me luck, ya!
Dan yang terakhir, semoga tulisan pertama setelah hiatus ini, cukup berkenan dan memenuhi kriteria tantangan MGN. Dukung aku, ya! Ditunggu komentar dan masukannya di bawah.
Sampai jumpa di tulisan berikutnya!
Wassalam.
Mantap, nulis terus sist 😁
BalasHapusThank you atas dukungannya selalu, Bro!
BalasHapusHai teh, ini Andina admin MGN :) met Gabung teh. Suka juga baca blog jadi satu cara agar gak stres ya.
BalasHapusNikmati aja ya teh peran jadi Ibu, mau jadi mamah Gajah apa bukan
Siaaap...makasih Teh Andina, nyempetin baca dan komen di sini. Makaaih atas dukungannya 🥰🤗🤗
HapusHalo teh Nana, salam kenal :)
BalasHapusTehh sama banget yang teh Nana tulis di paragraf-paragraf akhir.
Setelah hiatus bertahun-tahun ngeblog, aku jg baru mulai lagi.
Semangatt ya teh semoga kita bisa konsisten ngeblog bareng-bareng di MGN hehehe
salam kenal juga say... wah kita sama-sama blogger hiatus ya hihihi. makasih ya udah dukung ni. yuk ah sama-sama ngeblog lagi hii
HapusWaalaikumsalam Gina. Salam kenal. Selamat bergabung di MGN ya. :)
BalasHapusSenang sekali membaca tulisan tentang Gina. Ngikik saat Gina bilang sekolah lagi di bidang Pendidikan, agar tidak di-bully terapis tumbuh kembang anak. Ehehe.
Semoga Gina dan keluarga selalu sehat walafiat dan semangat. :)
hihihi ... aAMIIN makasih ya Teh.
Hapus