Assalamu'alaikum, Temans.
Hai. Kali ini sebagai anggota MGN, saya ingin ikut "Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog" lagi. Sebelumnya, terima kasih buat temen-temen dan teteh-teteh atas dukungannya di tantangan bulan lalu. Tantangan bulan ini bertema "Pengalaman Travel yang Berkesan." Meski aku bukan traveler dan ga mau hobi travel (karena itu hobi mahal 🤣), tetapi kalau jalan-jalan bareng keluarga siapa yang ga suka, bukan?
Begitu kucek di KBBI, berkesan itu artinya membekas atau tak terlupakan. Kalau coba kuingat jalan-jalan mana yang paling tak terlupakan, ternyata bukan yang mulus dan lancar. Namun justru yang ada kesulitan atau kecemasan, tetapi lalu berakhir seru.
Jadi okay, kupilih salah satu, kesan jalan-jalan ke Sukabumi pada bulan Februari, tiga tahun silam. Semoga berkenan. Check this out.
Sukabumi, terletak di bumi parahyangan, Jawa Barat. Siapa di antara kita yang ga kenal kemolekan alam parahyangan. Sampai-sampai perempuannya secantik alamnya, contohnya Desy Ratnasari, hihihi.
Jadi, awal Februari sudah wanti-wanti sama Pak Su.
"Yah, ulang tahun Ayah, kita pergi ke Sukabumi, ya!"
Untungnya suami OK! Dia juga mau iseng mencoba tol baru katanya.
Akhirnya kita ber-3 pergilah di hari yang telah ditentukan. Hanya, memang kita belum memutuskan tujuan yang pasti. Ke Geopark-kah, atau pusat kotanya kah. Kebetulan kami belum pernah ke Sukabumi, yang penting kami jalanlah. Jagorawi nan indah terlewati, jalan tol baru pun kami lewati.
Sayangnya jalan umum berikutnya yang kami hadapi adalah macet! Saking terhentinya, pemuda lokal di jalan merekomendasikan kami berbelok ke jalan alternatif.
"Macet panjang, Pak!" kata mereka.
Alhasil kami berbelok mengikuti sarannya. Jalannya lumayan bagus, lega lengang, pemandangan sekitar juga indah. Jalan-jalan kembali menyenangkan . Karena sepertinya jalan ini juga mengarah ke pelabuhan ratu, saya minta tujuan kita ke pelabuhan ratu saja.
Mengandalkan google map kita set ke pelabuhan ratu, namun mungkin karena jalan umum macet, app ini mengarahkan kita terus ke jalan-jalan yang semakin lama semakin sepi. Ketika hari semakin sore dan mulai gelap kami mulai was-was. Padahal kami juga butuh pom bensin, makanan, dan juga toilet.
Selepas magrib barulah kami bertemu jalan yang ramai. Lega rasanya.
Karena sudah gelap kami tak bisa memilih pantai, pilihannya hanya memilih hotel. Kab. Sukabumi ternyata nyaman, pinggir pantai masih tak jauh dari pegunungan. Jauh dari panas dan gersang seperti kota-kota di pantai utara Jawa. Kami menyusuri jalanan dengan pantai ada sebelah kiri kami, kadang pantai terlihat di antara kegelapan, dan deburan ombaknya asyik terdengar.
Akhirnya kami melihat hotel sebelah kiri jalan dekat pantai. Tampaknya hotelnya juga besar, parkir luas.. Sudah gelap juga dan suami ingin istirahat. Suami menturuhku pesan hotel via aplikasi.
Kubaca nama hotelnya "Grand Inna".
"Hotel apa ini, rasanya baru dengar", pikirku.
Dasar dahulu aku emak-emak pelit, kalau melihat luasnya cukup oke, aku biasa pilih yang paling murah (kapok dah!).
Booking berhasil. Kami pun masuk untuk check-in. Begitu masuk aku merasa tak familiar dengan suasana dan desain hotel seperti ini. Modern bukan, minimalis bukan, kedaerahan bukan.
Sambil menunggu proses check-in yang rupanya agak lama, aku mencari tempat duduk di sekitar lobi. Tak tahu mengapa aku merasa ada yang aneh setelah melihat rempah dan sesuatu di dekorasi meja. Aku pun berjalan mengamati sekeliling. Rupanya ini hotel lama pikirku. Di depan ada toko yang sepertinya toko cendera mata. Di sana ada lukisan perempuan cantik berbaju hijau.
"Nyi Roro Kidul??", pikirku.
Aku baru sadar ini pantai selatan. Dan rasa "aneh" yang kurasakan dari tadi, kini membuat bulu kuduk mulai berdiri.
Kejutan tak berhenti di situ, kami ditempatkan di lantai 3, lantai 305. Petugas kulihat membawa anak kunci, bukan kunci magnetik.
"Duh apa ini, salah pilih hotelkah aku? Gegara cari murah?" aku mulai cemas.
Namun, di dalam, meski interiornya lawas, untungnya suami dan anak cuek. Karena kamar juga cukup luas, ada bathtub meski warnanya kusam dimakan waktu. Apalagi anakku, baginya yang penting ada kasur empuk, dia pasti langsung menjatuhkan badan, rebahan.
"Yang penting malam ini bisa istirahat, besok main di pantai", ujar suami.
Setelah cukup istirahat, kami keluar kamar. Penasaran ingin lihat pantai lebih dekat, juga ingin menghangatkan perut. Kami ngopi mendekat ke pantai, sambil duduk santai di kursi/meja kayu. Sebenarnya meski gelap, kami bisa menikmati suasana di pantai. Buih kadang sekilas terlihat, suara deru angin, deburan ombak, pantai bersih, tak ramai, udara juga segar. Namun untukku pribadi, kadang terbersit rasa waswas, juga takut. Belum lagi, beberapa bulan lalu, terjadi tsunami di Serang, Banten. Jika terjadi apa-apa hari ini, sudah pasti aku habis tergulung, pikirku.
Begitu kembali ke kamar, aku kembali was-was tak bisa tidur. Aku akhirnya browsing tentang pelabuhan ratu dan hotel ini. Ternyata ini hotel legenda "Samudra Beach Hotel".
"Ah kenapa lagi sekarang diubah nama jadi "Grand Inna", kan bikin orang jadi ga kenal", aku kesal.
Samudra Beach Hotel, hotel yang dari zaman SD sudah kudengar namanya. Yang tepatnya ternyata didirikan oleh Presiden Sukarno di tahun 1962. Kini, Hotel-hotel BUMN rupanya berubah nama menjadi Grand Inna.
Semakin lama browsing akhirnya aku pun membaca tentang kamar mistis 308. Pantas saja aku waswas dari tadi, mungkin karena suasana mistis di sini kental. Anak dan suami sudah tertidur pulas, aku malah semakin tak bisa tidur. Dan kamar ini tak jauh dari kamar 308 😨.
Aku tak tahu jam berapa aku tertidur, tetapi bangun pagi aku lupa ketakutanku. Sebab utamanya adalah pemandangan laut! Ah sampai bingung bagaimana memgganbarkannya. Pokoknya, wow, takjub, senang, amazed jadi satu. Itu baru yang terlihat dari jendela kamar. Rasanya ingin cepat sarapan dan ke pinggir pantai.
Aku senang menikmati pantai di sini. Hanya duduk menepi dari pantai saja, aku sudah merasa bahagia dan damai, laksana lirik lagu "Nyiur Hijau". Rasanya tak mau pulang.
Ketika anak dan suami berenang, aku coba mencari tahu hotel legenda ini. Petugas hotel rupanya bisa menjadi tour guide di area ini. Dan ada tempat wisata 2 km dekat sini. Namun karena kami tak banyak waktu, kami hanya ingin mengetahui area sekitar saja.
Aku mengajak anakku turut serta. Petugas bercerita banyak tentang hal "mistis". Aku juga sekalian bertanya tentang kamar 308. Aku dan anakku diajak melihat apa yang mereka sebut "Gerbang Ibu Ratu". Yang tampak memang seperti tumpukan batu-batu yang berbentuk gapura. Kami juga diberi tahu untuk membedakan antara Ibu Ratu Pantai Selatan (Kanjeng Ratu Kidul kalau di Jawa) dan Nyi Roro Kidul, karena mereka tidak sama. Nyi Roro Kidul adalah bawahan dari Ibu Ratu, ujarnya. Akhirnya aku pun menyadari mengapa tempat ini disebut "Pelabuhan Ratu".
Yah, kalau cerita mistis sih kita boleh tidak percaya, ya. Tetapi dianggap dongeng juga lumayan seru hehe.
Mas guide juga menunjukkan lokasi yang awalnya akan dibuat restoran terapung oleh Pak Sukarno. Pak Sukarno ini emang tak salah memilih lokasi, perfect!! Ya... meski tak kesampaian dibuat hehe.
Ah rupanya tulisanku sudah panjang, aku bisa diskualifikasi, kalau kelebihan kata 😅😅.
Singkat kata, kami bisa main air, pasir, naik kuda, sayangnya, kami harus pulang, dan bersiap check out, meski masih betah di pantai.
Sedikit masukan dariku:
Untuk yang suka pantai tenang, indah, teduh, dan bersih, di sini mungkin cocok, karena tidak ada orang luar masuk.
Untuk yang ke pantai ga mau ribet bawa tas atau baju ganti seperti aku, di sini bisa cocok juga.
Bagi yang mau kemari ingin kamar baru, mungkin bisa coba tanyakan dahulu. Tiga tahun lalu saja, sudah ada kok kamar yang direnovasi, dua lantai di paling atas.
Untuk yang jenuh karena pandemi dan ingin melihat pantai, mungkin di sini cocok. Karena di sini tak ramai dan pantai dikelola hotel yang lebih paham prokes.
Sekian dulu Teteh-teteh, Teman-teman.
Wassalam
Mba Ginaaaa. bulu kuduk ikut berdiri nih Mba. :D.
BalasHapusSaya jadi inget, saya juga pernah merasakan menginap di hotel Grand Inna, rasanya pengen cepect-cepet pulang saja, wkwkwk. Kamar 308 pun desainnya beda ya Mba, ada pernik-pernik khususnya.
Bukan karena takut atau gimana sih, tapi lebih ke suasananya yang 'aneh'. Ehh ini mah sama aja dengan takut ya wkwkwkwk.
Setuju sekali tentang keindahan pantainya, dan termasuk masih sepi juga ya Mba, bisa tenang menikmatinya. Sayangnya, saat itu, belum nemu kuliner yang maknyusss, lha wong cuma sehari udah pengen cepet balik saja. Ehhehehe.
waaahhh ... hotel ini aku pingin nginep pas ke Pelabuhan Ratu September 2021, sayang full. aku nginep dekat Karang Hawu yang sedang direnovasi (sekarang sudah bagus dan diresmikan Kang Emil).
BalasHapusjika berkenan mampir boleh teh ke link ini: https://www.kompasiana.com/dewilailypurnamasari/615018b7f9f60c0e2139a7a3/karang-hawu-pantai-eksotis-di-pelabuhan-ratu
salam jalan-jalan
duh saya penasaran, apa gak aa cerita-cerita mistisnya mba waktu nginap disana yang belum diceritakan di blog?
BalasHapusTeh, pas baca pertama - tama check in aku dah feeling ini Samudra Beach Hotel, eh ternyata bener ya hehe. Dulu pernah beberapa kali lewat, emang agak gimana gitu sih, udah gitu hotelnya besar dan megah. Alhamdulillah ngga ada pengalaman apa-apa ya.
BalasHapusPelabuhan Ratu dan tempat-tempat lainnya di Sukabumi itu menurutku underrated, karena sebetulnya bagus banget, makanan juga enak. Masalah utamanya karena macet haha, ok juga kalau udah ada tol ya, mudah-mudahan akan lebih banyak pengunjung
Saya ke mana aja ya kok baru tau kalau Nyi Roro Kidul itu beda sama Ratu Pantai Selatan. Hehe.. Tadinya udah ikut deg2an kirain ada cerita mistis apa gitu teh..
BalasHapusOalah... baru ngeh kalau ada Nyi Roro Kidul dan ada Ratu Pantai Selatan. Di kepalaku ingatannya yang muncul hanya wajah artis Suzanna.
BalasHapushuwaaaa, bacanya malam2 jadi ikut merinding. Untung ada foto nyiur melambai, jadilah deg2annya terobati. Tapi kayaknya, aku ga berani nih nginep kalau udah tau legendanya.
BalasHapusLoh, jadi beda toh Ratu Pantai Selatan sama Nyi Roro Kidul? Tapi di Bali ada hotel yang 1 kamar khusus Bung Karno sediakan untuk Nyi Roro Kidul lho, bukan Ibu Ratu ini. Hmm jadi menarik ini, ternyata berbeda yaa.. penasaran jadi pengen tau.
BalasHapusKalau masuk hotel lama dengan interior jadul memang suka berasa beda, apalagi kalau lagi sepi pengunjung hihi jadi waswas. Tapi terbayarkan dengan keindahan pantainya yak ☺
BalasHapusSalam kenal teh 🤗