Tanggal 11 Februari 2022 kemarin, sepertinya hari bersejarah bagi dunia pendidikan Indonesia karena kemdikbud yang dipimpin langsung oleh Mas Menteri meluncurkan Kurikulum Merdeka bersamaan dengan peluncuran platform Merdeka Mengajar.
Seperti mungkin sudah kita ketahui, Mas Menteri banyak mengusung slogan dan visi Merdeka Belajar. Dengan slogannya yang ringkas dan cerdas sehingga orang mudah mengingat, menangkap atau memahaminya.
Episode 1 dari Merdeka Belajar adalah Merdeka dari Ujian Nasional, yang diwujudkan dengan penghapusan ujian nasional dan penghapusan ujian berstandar nasional. Kita sudah sering mendengar keluhan dan penolakan akan UN. Akhirnya untuk menenangkan publik, UN dikatakan tidak lagi sebagai penentu kelulusan. Tetapi menurutku pribadi dari segi definisi itu pun sangat rancu. Definisi ujian itu tak lain untuk menentukan lulus atau tidak. Bagaimana bisa namanya ujian tetapi tidak menentukan kelulusan??
Solusi dari kementerian sekarang ternyata cerdas. Ujian Nasional benar-benar dihapus, untuk alat menilai pencapaian nasional diganti dengan Asesmen Nasional yang pesertanya diambil secara acak.
Merdeka Belajar dari Mas Menteri lainnya mungkin ada yang pernah mendengar tentang Kampus Merdeka. Ada yang unik dan menyenangkam dari Kampus Merdeka, loh. Mata kuliah pilihan menjadi lebih merdeka, bisa memilih mata kuliah yang ada di prodinya, atau di luar prodi, atau magang, atau, juga kuliah beda fakultas, bahkan beda kampus! Namun itu mungkin tergantung kesiapan masing-masing prodi di perguruan tingginya, ya.
Yang baru-baru ini sempat heboh dari Merdeka Belajar adalah Kampus Merdeka dari Kekerasan Seksual. Di mana ada bunyi peraturannya sempat menuai pro dan kontra (biasalah warganet +62, kalau ga ada pro dan kontra, hambar mungkin 😅😅).
Dan kemarin Mas Menteri meluncurkan Kurikulum Merdeka yang ditayangkan secara live dari kanal youtube resmi Kemdikbud. Menurut Mas Menteri,
latar belakang disusunnya Kurikulum Merdeka ini adalah untuk mengatasi learning loss yang terjadi selama 2 tahun masa pandemi. Selain itu negeri kita mengalami krisis pendidikan nasional, yang selama belasan tahun belum tertangani (beberapa kali ganti menteri, loh). Hasil tes PISA anak-anak Indonesia, masih bertengger di posisi-posisi bawah, menunjukkan bahwa rata-rata anak-anak Indonesia masih jauh ketinggalan dari segi literasi dan numerasi, dibanding dari anak-anak dari bangsa lain.
Untuk menyelesaikan kedua krisis itu, kementerian ingin melakukan transformasi dengan mengubah paradigma belajar dan mengajar. Kurikulum ini dikembangkan dari kurikulum darurat saat pandemi. Hasil penelitian menunjukkan, "kurikulum 2013 yang didaruratkan" menghasilkan learning loss yang lebih kecil. Kurikulum darurat itu banyak memotong/ mengurangi materi serta beban belajar, dan hanya menyisakan muatan-muatan esensial.
Kurikulum Merdeka ini menjadi semakin percaya diri dalam menyederhanakan muatan dan materi. Dikatakan Mas Menteri bahwa kelebihan Kurikulum Merdeka ini adalah :
1. Lebih sederhana dan mendalam.
Baik guru dan murid tidak tertekan dengan materi yang banyak dan padat. Guru bisa menyesuaikan diri sesuai capaian belajar anak atau kondisi anak-anak yang punya keunikan masing-masing.
2. Lebih merdeka baik untuk guru, murid, dan satuan pendidikan (sekolah).
3. Lebih relevan dan interaktif..
Kurikulum ini mengandalkan model project based learning untuk membahas materi relevan/lokal atau untuk memberikan keterampilan-keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat terkini, yang dibawakan dengan interaktif dan menyenangkan. Selain itu, juga bertujuan untuk menanamkan karakter yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Apa itu profil pelajar Pancasila? Yaitu karakter-karakter atau bagian dari standar kompetensi lulusan yang diinginkan dari Kurikulum Merdeka ini, yang meliputi:
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak baik
- Berkebinekaan global
- Bergotong royong
- Mandiri
- Berpikir kritis
- Kreatif
Untuk Kurikulum Merdeka ini yang sebelumnya masih dikenal dengan kurikulum prototipe, sudah diuji coba/dipraktekkan oleh 2500 sekolah penggerak dari tingkat PAUD sampai sekolah menengah.
Untuk proses sampai menuju kurikulum nasional, Mas Mentri memberikan waktu yang panjang sampai pada penyempurnaan di tahun 2024. Sekolah tak perlu buru-buru menerapkannya, bahkan masih merdeka memilih. Apakah masih akan menggunakan K-13 penuh, K-13 darurat, ataupun bergabung menjadi sekolah penggerak yang mencoba Kurikulum Merdeka.
Untuk sekolah yang akan menerapkan Kurikulum Merdeka, guru-guru tak perlu terlalu khawatir karena disediakan platform bernama Merdeka Mengajar yang aplikasinya bisa diunduh di smartphone android. Dari aplikasi di ponselnya masing-masing, guru-guru bisa mendapatkan konten pelatihan, materi ajar, juga asesmen yang bisa langsung diberikan pada peserta didik.
Apakah ada yang semangat sepertiku menyongsong kurikulum baru ini? Atau masih meributkan ganti menteri ganti kurikulum? Kalau saya pribadi, dahulu pun mendukung K-13, karena dari landasan, prinsip, dan kerangka dibuat untuk menyempurnakan kurikulum KTSP sebelumnya. Namun rupanya landasan baik belumlah cukup, perlu terus penyempurnaan agar kurikulum bisa lebih ringkas, tidak rumit, dan fleksibel untuk menghadapi perkembangan zaman dan menghadapi krisis pendidikan nasional.
Semangat ya untuk para guru dan tenaga pendidik, dalam menyongsong paradigma baru dan kurikulum baru!
#MerdekaBelajar
#KurikulumMerdeka
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda