Alasan terbesar Nana ingin masuk ITB adalah Aa. Nana ingat bagaimana bahagianya dan bangganya Aa saat diterima di ITB. Tetapi karena itu jugalah, Nana merasa Aa semakin tak punya waktu untuk Nana. Dahulu waktu SMA, Nana bisa bertemu 3 kali seminggu dengan Aa. Rumah Aa juga tidak terlalu jauh dari sini. Sepulang bimbel atau kursus sering bertemu.
"Menjadi mahasiswa sesibuk itukah?" pikir Nana.
Ah, sejak itu Nana akhirnya jadi semakin penasaran dengan ITB. Kakak pertama Nana, sebenarnya juga baru lulus dari ITB. Tetapi entah, dahulu Nana tidak setertarik ini. Mungkin alasan terbesar Nana ingin sekampus dengan pacar.
Nana bahagia, saat pertama kali Aa mengajaknya jalan-jalan di perpustakaan pusat ITB. Letaknya di dekat jalan taman sari, dekat Sabuga. Perpustakaan yang besar, bertingkat 4, dan membuatku bangga berkuliah di sini. Dan di sini juga kencan pertama Nana di kampus bareng Aa. Tetapi Aa serius juga kalau sedang belajar. Sampai-sampai Nana tak berani menganggu. Tetapi menghabiskan waktu di sini berdua dengan Aa saja, sudah menbuat Nana bahagia. Belum lagi, mereka bisa pulang bersama selepas dari perpustakaan.
Hari ini, kelima kalinya Nana janji dengan Aa di perpustakaan. Kemarin Aa mengirim WA ke Nana.
"Na, tapi Aa ga bisa nemenin Nana lama-lama di kampus, ya. Waktu itu juga Nana bisa pulang sendiri, kan?"
"Buat Nana, 30 menit bersama Aa saja sudah senang, " jawab Nana.
Memang begitulah Nana yang sangat mencintai Aa-nya. Bisa bertemu di kampus 30 menit, seperti minggu lalu saja, sekarang sudah cukup berharga.
"Ternyata setelah masuk ITB pun, mencari waktu bersama Aa itu sulit," keluh Nana dalam hati.
Sudah 30 menit dari waktu yang dijanjikan, Aa belum juga datang. Nana membuka WA, Aa tak mengirim pesan apa-apa.
"Aa di mana?", ketik Nana. Tetapi akhirnya ia hapus lagi. "Mungkin Aa sudah jalan."
Nana mencoba fokus lagi pada buku yang dibaca.
"Jam berapa ini?" pikir Nana.
Nana larut membaca buku, baru sadar Aa belum juga datang. Nana melihat jam tangan. Sudah lewat dari 50 menit. Akhirnya Nana menulis pesan.
"Aa di mana? Kalau Aa naik ke tempat biasa, Nana ga ada, Nana masih di Mushola, ya."
Nana berpikir mungkin Aa juga sholat dahulu.
Dari Mushola, Nana kembali ke tempat tadi. Ternyata Aa belum juga datang. Nana memeriksa kembali WA. Dua centang biru, tetapi belum ada balasan dari Aa.
Dengan malas Nana membuka-buka halaman buku. Tak ada yang masuk di kepala Nana, Nana cuma ingin Aa cepat datang.
Ada notifikasi pesan masuk dari Aa. Nana mulai antusias.
"Nana maaf. Aa ga bisa ke perpus. Aa ada tugas kelompok, lagi ditunggu temen-temen Aa. Nana pulang aja. Hati-hati, ya!"
Nana kecewa, tetapi apa mau dikata. Ia pun melangkah keluar perpustakaan dengan gontai. Ia sangat berharap bertemu Aa sebenarnya.
____
Sekarang hari Senin. Sebenarnya kuliah Nana sudah berakhir sebelum waktu makan siang. Tetapi Nana ada janji bertemu Aa pukul 14.30. Hari Sabtu dan Minggu Aa sibuk, mereka belum bertemu. Aa berkata akan menebusnya di hari Senin.
Alia, teman sekelas Nana, tumben, Nana minta ditemani makan siang pun, dia tak bisa. Begitu selesai makan siang, Nana memutuskan langsung menunggu di perpustakaan.
"Dari pada bingung mau ke mana, lebih baik di sini sambil belajar," pikir Nana.
Sekarang pukul 14.15, dan Nana haus. Masih ada waktu 15 menit lagi. Aa tahunya Nana ada di perpustakaan.
"A, Nana mau beli minuman. WA Nana kalau Aa sudah sampai," Nana mengirim pesan WA buat Aa
Nana bergegas turun, ia ingin pergi dan kembali secepatnya.
Setelah minum di tempat. Nana juga membeli jajanan coklat kesukaan Nana, cemilan kesukaan Aa, 2 susu kotak, satu rasa plain kesukaan Aa, satu rasa mocca kesukaan Nana. Begitu membayar, Nana bergegas kembali. Saat sedang berjalan, Nana seperti melihat sosok mirip Aa di samping gedung.
Tetapi Nana ragu.
"Memang untuk apa Aa di sana, kalau datang pasti langsung ke atas," pikir Nana.
Nana berjalan masuk sambil memeriksa WA. Aa belum membaca WA-nya.Tiba-tiba Nana berbalik, ingin rasanya memeriksa ke samping gedung perpustakaan.
Dengan mata kepalanya sendiri, Nana melihat seorang mahasiswi dengan manjanya tak mau melepaskan tangan Aa. Nana pun melihat Aa memandang gadis itu dengan tatapan yang berbeda. Nana mengerti apa arti tatapan itu.
Hati Nana seperti rasanya ditusuk. Dada rasanya perih. Nana pun tak tahu harus berbuat apa. Air mata langsung menggenangi pelupuk matanya. Tubuhnya mendadak lemas, Nana hanya bisa diam mematung. Mau memanggil nama Aa pun rasanya tak bisa.
Aa rupanya merasa ada yang memperhatikan. Aa berbalik. Ia kaget melihat Nana berdiri memperhatikan mereka.
"Nana?" seru Aa terlihat terkejut dan panik.
______
Dua tahun sudah berlalu setelah Nana putus dengan Aa. Dari Alia yang pintar mencari gosip terbaru, katanya Aa pun sekarang sudah putus dengan perempuan waktu itu.
"Tetap, apa urusannya denganku?" pikir Nana berusaha cuek.
Nana sudah tak mau mempedulikan urusan Aa lagi. Sudah kapok.
Hari ini, setelah tadi dari perpustakaan jurusan, tiba-tiba Nana ingin mengecek referensi ke perpustakaan pusat. Sudah 2 tahun lamanya Nana tak pergi ke perpustakaan pusat. Dua tahun lamanya ia menghindari kenangan buruk di perpustakaan pusat. Selama dua tahun itu, Nana hanya mengandalkan perpustakaan jurusan, sembari bersembunyi di balik trauma asmaranya. Sekarang, semua sudah benar-benar berlalu, saatnya kembali menengok perpustakaan pusat.
Nana ingat betapa ia dahulu menyukai tempat ini, bukan karena dahulu ini tempat kencannya di kampus, tetapi Nana memang suka suasana perpustakaan ini. Luas, lapang, banyak tempat untuk belajar dan membaca. Dan juga tenang. Setiap lantai ada suasana yang berbeda, tinggal memilih yang kita suka.
_____
Minggu demi minggu berlalu, Nana menjadi rutin mengunjungi perpustakaan pusat. Ia menemukan pojok favorit yang lumayan nyaman dan tenang menurutnya. Sekarang, belajar, mengerjakan tugas, membuat laporan, atau sekedar mengutak-atik laptopnya, ia lakukan di situ. Akhir-akhir ini, Nana menyadari ada seseorang juga yang menyukai pojok favoritnya. Ia sering duduk tak jauh darinya, berjarak dua meja besar. Karena tubuhnya yang jangkung di atas rata-rata, Nana jadi mengenalinya.
Nana biasanya tak suka memperhatikan orang, ia bukan orang kepoan. Kali ini, tak sadar ia menoleh ke arah pemuda itu. Meski jangkung, badannya tegap, tak bungkuk.
"Ia pasti gemar berolah raga.Tak seperti aku yang lari di ujian olahraga saja kewalahan," pikir Nana.
Pemuda itu pun rupanya tak sengaja menoleh ke arah Nana. Tahu Nana melihat ke arahnya, ia mengangguk sopan. Nana pun mengangguk malu. Malu karena kedapatan memperhatikan orang lain.
Hari berganti hari. Karena sudah saling mengenali sebagai pengunjung rutin di lantai dan pojok yang sama, Nana dan pemuda jangkung itu saling mengangguk dan tersenyum jika berpapasan di perpustakaan. Tetapi sore itu, pemuda itu tak canggung menghampiri Nana yang berjalan menuju mejanya.
"Kamu rajin, ya, kulihat sering sekali belajar di perpus."
"Bukannya kamu juga?" balasku sambil tertawa.
"Gitu, ya?"
Mereka pun tertawa bersama.
"Namaku Dito. Boleh aku ikut duduk di meja ini? Lebih asyik kayaknya kalau ada teman. Aku ga ganggu kamu, kan?"
"Eh, iya gapapa. Ada teman bagus juga," balasku. Nana pun menggeser beberapa buku dan barangnya. Mereka tampak mudah akrab seperti sudah kenal lama.
"Oh, ya. Boleh tahu namamu?"
"Oh, aku Nana."
____
(Bersambung)
Tulisan ini dipersembahkan untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog, tantangan fiksi dengan unsur ITB; tantangan fiksi dari my bro; juga tantangan menulis tema perpustakaan KLIP.
Perpus pusat juga tempat favorit saya selain sunken court teh. Adem, sepi dan legaaa.. aah jadi kangen pengen masuk sana lagi 😆
BalasHapusIa sama kangeeen aku juga. Alumni masih boleh masuk ga, sih?
HapusWah bersambung haha! Ditunggu lanjutannya :D
BalasHapusSiaap teh
Hapuskenapa bersambung ahaha, pembaca penasaran Teh :D
BalasHapusTakut g muat 1500 kata teh wkwk.
Hapusaduh lagi seru! perpus skr ama perpus dulu asa beda ya teeh.. skr (sebelum pandemi) ramee bgt, dl perasaan pas mau ke atas teh serem ����
BalasHapusWah ini dia anak perpustakaan jaman now hihu
HapusJaman dulu perpustakaan pusat terlihat captivating dengan warna ungunya, sekarang sudah bukan ungu lagi, jadi tampak kurang gimanaa gitu ehehe.
BalasHapusAduh kisah romansanya menarik ya. Aa, Dito, dan Nana. :)
Ah tapi yang pasti sama Aa jelas sudah bubye ya, gitu sih orangnya, mendua, hhmmm.. Semoga Nana tidak tergoda kalau Aa mendekati lagi. Buka lembaran baru dengan Dito, berkenalan lebih dekat.
Ditunggu lanjutannya ya Mba Gina :)
Kok bersambung sih? ayo lanjutkaaaaaannnnn !!!!
BalasHapusHiyyaaa... bersambung. Pas lagi penasaran banget. Lanjut ke bagian 2.
BalasHapusaaahhhhh kzl
BalasHapusdigantuuunggg ceritanyaaaa hahahha
duh perpus, jaman belum warna warni kaya sekarang aja udah nyaman ya
tp ga berani juga si terlalu mojok, asa keueung huihihi
yaaa baru ketemu Dito kok bersambung ini. Kan jadi penasaran Dito dan Nana akan bagaimana, hehehe
BalasHapusNana... tabahkan hatimu. Pria di dunia ini bukan cuma AA aja. Apalagi di kampus Ganesha 😁 banyak kok kumbangnya 🐝
BalasHapus