Rangkuman bab IV buku Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu , Sebuah Pengantar Populer
Jarum Sejarah Pengetahuan
Sebelum abad ke 17 atau abad Penalaran (The Age of Reason), tidak ada perbedaan antara jenis-jenis pengetahuan. Pada masa itu pengetahuan bersifat universal dan hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu spt raja atau orang pintar. Seorang kepala suku misalnya dia merangkap sebagai hakim, penghulu, tukang tenung, panglima perang dan ahli pengobatan.
Setelah abad ke 17 diferensiasi dalam ilmu cepat terjadi. Ada pembedaan antara berbagai pengetahuan berdasarkan apa yagn diketahui (ontologi), bagaimana cara mengetahui (epistemologi) dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan (aksiologi). Cabang-cabang pengetahuan berkembang menurut jalannya sendiri bergantung dengan jenisnya dan mentodenya. Kapling-kapling setiap disiplin ilmu semakin jelas.
Makin kecilnya kapling pengetahuan menimbulkan masalah untuk menghadapi kenyataan yang kompleks dalam kehidupan. Oleh karena itu butuh pendekatan inter-disipliner dengan tidak mengaburkan otonomi masing-masing disiplin keilmuwan.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung ataupun tak langsung memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan pada hakikatnya segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia. Macam bagian pengetahuan lain adalah seni dan agama. Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu disusun. Ketiga landasan itu saling berkaitan. Jadi ontologi ilmu berkaitan dengan epistemologi ilmu dan selanjutnya aksiologi ilmu.
Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanaya dan terbatas pasa lingkup pengelaman kita. Pengetahuan dikumpulkan ilmu untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari ditemui manusia. Pengetahuan ilmiah atau dikenal dengan ilmu dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia untuk memecahkan berbagai persolanan yang dihadapinya. Pemecahan tersebut dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam.
Seni merupakan bagian lain dari pengetahuan yang mencoba mendeskripsikan gekala dengan sepenuh maknanya. Seni mencoba mengungkapkan objek penelaahan sehingga bermakna bagi penciptanya dan meraka yang meresapinya. Seni merupakan produk dar daya inspirasi dan daya cipta manusia yang bebas dari berbagai cengkraman dan belenggu ikatan. Model pengungkapan dalam senin bersifat penuh dan rumit namin tidak sistematis. Model tersebut tidak bisa digunakan untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam.
Seni terbagi menjadi fine art (seni halus) dan applied art(seni terapan). Seni terapan mempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan badani sehari-hari. Seni hakikatnya mempuyai dua ciri yang pertama adalah deskriptif dan fenomenologis, dan yang ke dua adalah ruang lingkupnya terbatas. Deskriptif di sini maksudnya seni menggambarkan objek namun tidak mengembangkan konsep yang bersifat teoritis.
Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Sedangkan seni tetap bersifat individual dan personal dengan memusatkan perhatiannya pada pengalaman hidup perorangan.
Ketidakmungkinan ilmu mengembangkan konsep teoritis yang menyebabkan mengapa sebuah peradapan dengan seni terapan yang tinggi tidak mampu mengembangkan diri dalam bidang keilmuwan. Karena konsep teoritislah yang dijadikan tumpuan untuk mengembahkan pengetahuan ilmiah. Ilmu juga kurang berkembang di kebudayaan timur yang karena aspek kultural lebih mengembangkan berpikir etis dan kearifan dari pada cara berpikir ilmiah.
Akal sehat (common sense) didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman tidak sengaja dan bersifat sporadis dan kebetulan.
Menurut Titus karakteristik akal sehat adalah sbb
1. karena landasannya yagn berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan
2. karena landasannya berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung kabur dan sama-samar.
3. karena kesimpulannya yang ditariknya sering berdasarkan asumsi yang tidak dikaji lebih lanjutmaka akal sehat cenderung mejadi pengetahuan yang tidak teruji.
Seiring tumbuh rasionalisme tradisi yang bersifat dogmatik mulai ditinggalkan. Rasionalisme membangun pemikiran dengan cara deduktif di sekita r objek pemikiran tertentu. Rasionalisme dengan pemikiran deduktifnya sering menghasilkan kesimpulan yang benar walau tidak selalu sesuai dengan pengalaman.
Selanjutnya berkembanglah aliran empirisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan yagn benar itu didapatkan dari pengalaman. Sehingga kemudia berkembanglah cara berpikir yang menjauhi spekulasi teoritis dan metafisis. Namun cara berpikir empirisme ini pun tidak luput dari kelemahan, karena metode induktif dengan statistikapun kurang bisa menunjukkan hubungan kausalitas.
Menurut Bertrand Russel ilmu mempunyai dua peranan yaitu sebagai metafisika dan dan sebagai akal sehat yang terdidik. Untuk menjembatani rasinalisme dan pembuktian empiris maka dikembangkanlah sebua metode eksperimen. Metode eksperimen mulanya dikembangkan oleh ilmuwa Muslim pada abad keemasan Islam. Semangat mencari kebenaran ilmuwan Yunani yang hampir hilang pada masa Romawi dihidupkan kembadi dalam kebudayaan Islam. Secara konseptual metode eksperimen ini dikembangkan oleh sarjana Muslim dan secara sosiologis dimasyarakatkan oleh Francis Bacon.
Dengan Metode eksperimen dapat menguji berbagai penjelasan teoritis apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Dengan demikian mulailah pertemuan antara rasionalisme dan empirisme yang berkembang menjadi metode ilmiah yang menggabungkan caa berpikir deduktif dan induktif. Pionir yang mengembangkan cara berpikir deduktif-induktif ini adalah Galileo dan Newton.
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda